AC Kotor Pemicu Sick Building Syndrome
SATUHARAPAN.COM - Penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternatif untuk mengganti ventilasi alami dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja, namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat bagi mikroorganisme untuk berkembang biak. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas udara dalam ruangan menurun dan dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan yang disebut Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building Syndrome (TBS).
SBS atau sindrome sakit gedung dikenal sejak tahun 1970. Kedokteran okupasi tahun 1980 memperkenalkan konsep SBS sebagai masalah kesehatan akibat lingkungan berhubungan dengan polusi udara. Indoor Air Quality (IAQ) dan dan buruknya ventilasi gedung perkantoran. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1984 melaporkan 30% gedung baru diseluruh dunia menjadikan pekerjanya terlibat dengan IAQ. Diseluruh dunia 2,7 juta jiwa meninggal akibat polusi udara, 2,2 juta diantaranya akibat indoor air pollution atau polusi udara di dalam ruangan.
Sick building syndrome terjadi akibat kurang baiknya rancangan, pengoperasian dan pemeliharaan gedung. Gejala yang dapat terjadi berupa iritasi kulit, mata dan nasofaring, sakit kepala, lethargy, fatique, mual, batuk dan sesak. Gejala tersebut akan berkurang atau hilang bila pekerja tidak berada di dalam gedung.
Menurut Environmental Protection Agency (EPA) 1991, tight building syndrome atau building related ilness (TBS)/building related occupated complaint syndrome adalah situasi dimana penghuni gedung bangunan mengeluhkan permasalahan kesehatan dan kenyamanan yang akut, yang timbul berkaitan dengan waktu yang dihabiskan dalam suatu bangunan, namun gejalanya tidak spesifik dan penyebabnya tidak dapat diidentifikasikan. Menurut Engelhart 1999, TBS merupakan kumpulan permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan kualitas udara dalam lingkungan atau dapat didefinisikan sebagai keluhan yang tidak spesifik dari penghuni ruangan ber AC.
Banyaknya aktivitas digedung meningkatkan jumlah polutan dalam ruangan. Kenyataan ini menyebabkan risiko terpaparnya polutan dalam ruangan terhadap manusia semakin tinggi, namun hal ini masih jarang diketahui oleh masyarakat.
Menurut hasil pemeriksaan The National Insitute of Occupational Safety and Health (NIOSH), menyebutkan ada lima sumber pencemaran didalam ruangan antara lain pencemaran dari alat-alat di dalam gedung seperti asap rokok, pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan, pencemaran di luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan bermotor, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak didekat gedung, dimana kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang udara yang tidak tepat, pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran formaldehida, lem, asbes, fiberglass dan bahan-bahan lain yang merupakan komponen pembentuk gedung tersebut.
Kemudian pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa, dan produk mikroba lainnya yang dapat ditemukan disaluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sistemnya. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta busuknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.
Miskinnya kualitas udara dalam ruangan berasal dari berbagai sumber. Hal ini bisa menimbulkan gangguan paru-paru seperti asma. Orang-orang yang sudah memilki masalah pada paru-paru akan memilki kesempatan yang lebih besar untuk terkena gejala ini.
Polutan udara di dalam ruangan adalah adanya debu yang menempel pada sisa cetakan kertas, asap rokok, formaldehida (gas formalin), karbon monoksida yang berasal dari pembakaran propana, gas dan bahan bakar lainnya, produk rumah tangga seperti pembersih dan pestisida.
Ada beberapa cara untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruangan adalah buka jendela atau sistem pendingin atau ventilasi udara untuk membawa udara segar, bersihkan untuk menyingkirkan debu dan hewan peliharaan yang berbulu, memperbaiki kebocoran air untuk membantu menjaga jamur pergi, gunakan bug spray (semprotan serangga) bila benar-benar diperlukan, jangan merokok di dalam, jika anda mencium bau gas, jangan menyalakan api atau apapun percikan dan segeralah meninggalkan gedung.
Editor : Yan Chrisna
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...