Kekerasan pada Perempuan: Masalah Kesehatan Global dan Endemik
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ada pepatah mengatakan “kalau mau mengubah dunia, didiklah perempuan, karena dia akan mendidik seluruh bangsa.” Namun kenyataan yang dialami kaum perempuan di dekade kedua abad ke-21 ini jauh dari pandangan tersebut: sepertiga perempuan di dunia justru mengalami kekerasan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO / World health Organization) mengeluarkan laporan yang pertama secara global dan komprehensif tentang kekerasan terhadap perempuan pekan lalu. Hasilnya 35 persen lebih perempuan mengalami kekerasan dan terbanyak dilakukan oleh pasangan dekatnya.
Situasi ini mendorong WHO menyebutkan bahwa kekerasan pada perempuan merupakan masalah kesehatan global dan dalam tingkatan epidemik.
Temuan lebih rinci dari studi WHO dan mitranya di berbagai negara memperlihatkan gambaran yang lebih mengkhawatirkan. Akibat kekerasan itu adalah kematian dan cedera. Sekitar 38 persen perempuan korban pembunuhan, pelakunya adalah pasangan dekat, dan 42 persen mengalami cedera fisik dan trauma.
Secara psikologis, akibat kekerasan perempuan mengalami depresi, dan ini merupakan faktor penting pada kesehatan perempuan. Perempuan yang mengalami kekerasan berpotensi dua kali lebih besar dari mereka yang tidak mengalami.
Kekerasan pada perempuan juga banyak yang berkaitan dengan konsumsi alkohol. Temuan lainnya berkaitan dengan akibat kekerasan, terutama kekerasan seks, adalah kemungkinan lebih besar menderita sipilis, klamidia, gonore, bahkan mengidap HIV / AIDS.
Kekerasan pada perempuan banyak yang meninggalkan masalah berkaitan dengan kehamilan dan juga aborsi, dan banyak bayi yang dikandung dalam kondisi berat badan di bawah normal.
Terbanyak di Asia Tenggara
Studi itu memperlihatkan bahwa Asia Tenggara merupakan wilayah dengan kasus kekerasan pada perempuan yang tertinggi (37,7 persen). Data ini dikumpulkan dari Bangladesh, Timor-Leste, India, Myanmar, Sri Lanka, Thailand.
Setelah Asia Tenggara adalah Timur Tengah yang mencapai angka 37 persen dengan data yang dikumpulkan dari Mesir, Iran, Iraq, Jordan, Palestina. Di Afrika, kasusnya mencapai 36,6 persen berdasarkan dara Botswana, Kamerun, Kongo, Ethiopia, Kenya, Lesotho, Liberia, Malawi, Mozambik, Namibia, Rwanda, Afrika Selatan, Swaziland, Uganda, Tanzania, Zambia, Zimbabwe.
Editor : Sabar Subekti
Satu Kritis, Sembilan Meninggal, 1.403 Mengungsi Akibat Erup...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 1.403 korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, N...