Act of Killing, Film yang Menyingkap Masa Kelam Indonesia
HONG KONG, SATUHARAPAN.COM - Anwar Congo tidak menyembunyikan fakta bahwa dia membunuh sekitar 1.000 dengan tangan kosong, memamerkan cara yang dia gunakan untuk membunuh orang-orang yang diduga komunis di Indonesia pada 1960-an.
Ada beberapa balok kayu yang digunakan untuk menghancurkan tengkorak; golok yang dia pakai untuk membantai korbannya, atau kabel sederhana yang menurutnya membuat pencekikan menjadi lebih cepat dan efektif.
Kisah yang diceritakan Congo menjadi kerangka bagi film dokumenter The Act of Killing, karya sutradara Joshua Oppenheimer yang mendapat nominasi Oscar, yang menyoroti kisah para pelaku pembantaian yang telah merenggut sedikitnya 500.000 nyawa.
Oppenheimer mengatakan bahwa perhatian yang diterima film tersebut di seluruh dunia membuat Indonesia terpaksa mengenang kembali sejarah kelamnya, yang mengantarkan kekuasaan diktator Soeharto selama 32 tahun.
Saya merasa memasuki Jerman 40 tahun setelah Holocaust saat menemukan Nazi masih berkuasa, kata Oppenheimer mengenai pria-pria yang membintangi film dokumenternya.
Mereka sangat bangga dengan apa yang mereka lakukan dan sering menceritakan kisah mereka sambil tersenyum, katanya melalui telepon dari Los Angeles.
Dalam film itu para pelaku, yang melakukan pembunuhan saat pembersihan yang dipicu kudeta gagal pada akhir 1965, hanya menunjukkan sedikit penyesalan.
Yang saya harapkan selain memenangkan Academy Award adalah film itu akan mendorong rakyat Indonesia untuk akhirnya meminta para pemimpin mereka bertanggung jawab atas kejahatan mereka, kata Oppenheimer.
Film tersebut mendapatkan nominasi Oscar untuk kategori Dokumenter Terbaik. Sedangkan di BAFTA (penghargaan setara Oscar di Inggris) film ini mendapatkan dua nominasi. (AFP)
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...