Ada Mitos Terkait Konsumsi Daging Kambing
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi kesehatan dan dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Dr Ari Fahrial Syam mengemukakan ada sejumlah mitos yang tersebar di sebagian masyarakat terkait dengan konsumsi daging kambing yang merupakan salah satu hewan kurban.
"Di hari raya ini sebagian masyarakat akan menikmati makanan yang mengandung daging kambing atau daging sapi. Jika ingat daging kambing saya ingat beberapa mitos yang sangat diyakini masyarakat kebenarannya," kata Ari Fahrial Syam dalam keterangan tertulisnya yang diterima, di Jakarta, hari Sabtu (10/9).
Menurut Ari, mitos pertama adalah masyarakat yang kebetulan tekanan darahnya rendah akhirnya meningkatkan makan daging kambing agar tensinya naik.
Namun, Ari yang menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PB Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) mengungkapkan bahwa tekanan darah rendah bisa disebabkan oleh berbagai hal, antara lain karena perdarahan, kurang minum sampai dehidrasi karena berbagai sebab, kelelahan atau kurang tidur.
"Tensi yang rendah juga dapat disebabkan karena gangguan pada jantung, baik karena kelainan katup atau serangan jantung bahkan gagal jantung. Tapi pada sebagian masyarakat tanpa melihat kenapa tekanan darahnya rendah langsung mengonsumsi daging kambing secara berlebihan," tuturnya.
Ia mengingatkan bahwa kalau tensi turun karena gangguan jantung konsumsi daging kambing yang berlebihan justru akan fatal dan memperburuk keadaan. Dampak langsung akibat menkonsumsi daging kambing berlebihan adalah sembelit.
Sedangkan kalau kebetulan mempunyai penyakit GERD (penyakit di mana asam atau isi lambung balik arah ke atas), lanjutnya maka GERD-nya akan bertambah parah setelah mengonsumsi daging kambing berlebihan.
"Belum lagi efek jangka panjang berupa peningkatan kadar lemak dan kolesterol darah," ucapnya, menambahkan.
Sementara mitos kedua yang juga beredar ditengah masyarakat adalah bahwa "torpedo" atau testis kambing akan meningkatkan gairah seksual atau sate kambing setengah matang meningkatkan gairah seksual.
Ternyata hal itu, ujar dia, tidak sepenuhnya benar, karena meski memang testis kambing banyak mengandung testosteron, tetapi sebenarnya peningkatan gairah seksual terjadi karena multifaktor dan tidak semata-mata berhubungan dengan makanan.
"Daging kambing termasuk daging sapi masuk kelompok daging merah yang banyak mengandung lemak. Lemak hewani biasanya mengandung lemak jenuh. Lemak jenuh ini banyak mengandung LDL lemak jahat yang bisa menumpuk pada dinding pembuluh darah kita, baik pembuluh darah otak dan pembuluh darah jantung," ujarnya.
Selain lemak, lanjut Ari, daging kambing juga mengandung protein yang dibutuhkan untuk menggantikan sel-sel yang rusak dan sebagai zat pembangun.
Dengan demikian, jelasnya, jadi tetap daging tetap penting karena mengandung protein tinggi yang penting jangan dikonsumsi berlebihan, dan imbangi dengan banyak memakan buah dan sayur untuk mengurangi efek samping dari makan daging berlebihan. (Ant)
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...