Ade Komarudin Perjuangkan Pembangunan Perpustakaan DPR

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Ade Komarudin, menegaskan, akan tetap memperjuangkan pembangunan perpustakaan DPR. Perpustakaan ini diusulkan oleh para cendekiawan, dan nantinya tidak hanya digunakan oleh anggota DPR, tetapi juga untuk masyarakat umum.

Penegasan ini disampaikan oleh Ade untuk menjawab kritikan dari beberapa pihak yang menyebut bahwa rencana pembangunan perpustakaan di lingkungan komplek parlemen ini hanya akal-akalan DPR untuk mengelabui publik.

"Parlemen adalah sebuah lembaga yang menjadi simbol negara. Perpustakaan itu untuk parlemen dan seluruh rakyat Indonesia yang berkunjung. Kualitas parlemen Indonesia dan rakyat Indonesia dapat dilihat dari situ. Belajarlah ke negara-negara yang sudah maju. Dulu Amerika Serikat membuat perpustakaan terbesar di dunia pada saat ekonominya belum bagus. Kita sekarang sudah bagus, tapi belum mempunyai perpustakaan yang memadai," ujar Ade.

Ade menjelaskan, perpustakaan ini rencananya akan menjadi rumah bagi 600 ribu buku dan terbuka untuk umum.

"Negara ini harus pintar. Budaya membaca harus digalakkan. Salah satunya dengan menyediakan fasilitas berupa perpustakaan," katanya.

Menurut Ade, ide membuat perpustakaan yang rencananya akan menjadi perpustakaan terbesar di Asia Tenggara ini diusulkan oleh para cendekiawan yang datang menemuinya di DPR beberapa waktu lalu. Karena usul tersebut dinilai baik, maka DPR akan memperjuangkannya.

"Pemberi usul adalah kaum intelektual yang sudah terbukti kredibilitasnya, dan memiliki banyak karya. Jadi mohon maaf, saya tidak akan mundur dari usulan Ignas Kleden dan kawan-kawan," ucap Ade.

Terkait dengan kritikan yang ada, Ade menyatakan akan menerima semua masukan dan kritikan dari masyarakat. Bahkan Ade menghimbau pihak yang mengkritik rencana pembangunan perpustakaan tersebut untuk datang berdiskusi dengan dirinya dan para cendekiawan yang memberikan usul tersebut.

"Saya akan dengarkan semua kritik dan masukan. Yang menurut saya baik dan membawa kebaikan bagi banyak orang akan saya pertimbangkan. Namun, jika hanya berpikir negatif (su'udzon), saya tidak akan gubris. Lebih baik waktu yang ada dipergunakan untuk kebaikan orang banyak. Mari kita bicara untuk kebaikan negeri ini," ia menambahkan. (PR)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja