Adele dan Musik Fenomenalnya
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Album Adele yang bertajuk 25, kembali mencetak rekor penjualan album tertinggi di Amerika Serikat selama satu tahun dalam satu dekade terakhir.
Album Adele menjadi album terlaris sepanjang 2015 dan seperti diberitakan AFP menghabiskan pekan keenamnya di posisi teratas menjelang peluncuran tangga lagu final tahun lalu yang dirilis Nielsen Music pada Senin (4/1).
Album 25 terjual 7,44 juta kopi di AS pada akhir 31 Desember, terbanyak dalam satu tahun sejak album Confessions milik Usher terjual 7,98 kopi pada 2004.
Namun, jika album Usher dirilis pada Maret, Adele berhasil meraup penjualan tertinggi pada akhir tahun meskipun baru meluncurkan album 25 pada 20 November.
Album 25, yang berisi lagu-lagu balada tentang patah hati dan nostalgia masa kecil, di antaranya Hello yang sedang berseliweran dari satu siaran radio ke siaran radio lain, adalah album pertama Adele dalam empat tahun terakhir. Dan, langsung laris karena album itu sudah lama dinantikan.
Album sebelumnya, 21, menjadi album dengan penjualan tertinggi di AS pada 2011 dan 2012.
Jembatan Masa Lalu dan Masa Kini
Kesuksesan Adele, menurut Sam Lansky dari Time, adalah keberhasilannya mengusung musik yang diterima sepanjang zaman, musik masa lalu, masa kini, dan – bahkan - masa depan. Musik Adele dapat dinikmati bersama-sama lintas generasi, bahkan dalam waktu yang sama antara cucu dan neneknya.
Prestasi penyanyi berusia 27 tahun yang fenomenal itu pula yang menyebabkan Majalah Time memilih Adele sebagai sampul untuk edisi “The Year Ahead”, 28 Desember – 4 Januari 2016. Ia sontak menjadi buah bibir ketika albumnya terjual satu juta kopi hanya dalam waktu sepekan pertama, suatu hal yang sangat luar biasa di industri musik. Bahkan ketika dilaporkan terjual dua juta kopi, Time menyebutnya ajaib. Catatan untuk Hello, rekaman tunggal utama dalam album 25, bahkan lebih fantastis lagi. Video musiknya rata-rata dikunjungi 1,6 juta pemirsa per jam di YouTube.
Adele sendiri mengaku tidak menyangka akan mendapat sambutan sehangat itu, termasuk dari penyuka musik di Amerika serikat, mengingat dia penyanyi Inggris. Secara berkelakar dia mengatakan, "Mungkin orang mengaitkan saya dengan Ratu (Ratu Elizabeth II dari Inggris. Orang Amerika kan terobsesi dengan keluarga kerajaan."
Adele, menurut pengamatan Lanksy, memasuki dunianya dengan hati. Ia selalu berpegang pada otentisitas. Tidak ada yang dapat mendiktenya. Ia bahkan tidak pernah mengindahkan pengkelasan yang berlaku dalam industri musik. Menyanyi, dan menulis lagu, baginya adalah bentuk berkesenian yang berlandaskankan pada kebebasan berkreasi. “Ia menulis lagu berbeda dengan penulis lagu lain yang bekerja dengan komitmen, Adele lebih mengerjakannya karena ia memang senang mengerjakannya,” kata Ryan Tedder, vokalis OneRepublic, yang menulis dua lagu untuk album Adele terdahulu, 21.
Adele tidak ingin mendefiniskan musiknya. Memberikan nama jenis musiknya, mengingatkannya pada pabrik yang memproduksi barang tertentu. Dalam wawancara itu ia menggambarkan, “Tidak peduli Anda menghasilkan album yang menakjubkan, jika saya tidak menyukainya, saya tak akan membelinya.“
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...