Afrika Selatan Menentang Lelang Artefak Peninggalan Nelson Mandela
JOHANNESBURG, SATUHARAPAN.COM-Pemerintah Afrika Selatan pada hari Jumat (19/1) mengumumkan akan menentang pelelangan puluhan artefak milik pendukung anti apartheid Nelson Mandela, dengan mengatakan bahwa barang-barang tersebut memiliki makna sejarah dan harus tetap berada di negara tersebut.
Sebanyak 75 artefak milik Mandela, presiden pertama yang terpilih secara demokratis di negara itu dan menghabiskan 27 tahun penjara karena perjuangan anti apartheid melawan pemerintah minoritas kulit putih, akan dilelang pada 22 Februari dalam sebuah kesepakatan antara juru lelang yang berbasis di New York, dan eluarga Guernsey dan Mandela, terutama putrinya Dr. Makaziwe Mandela.
Barang-barang tersebut termasuk kacamata hitam Ray-Ban ikonik Nelson Mandela dan kemeja “Madiba”, surat pribadi yang ia tulis dari penjara, serta selimut yang diberikan kepadanya oleh mantan Presiden AS, Barack Obama dan istrinya Michelle.
Pendingin sampanye yang merupakan hadiah dari mantan Presiden AS, Bill Clinton, juga ada dalam daftar, dengan penawaran mulai dari US$ 24.000 (setara Rp 375 juta). Di antara barang-barang tersebut adalah “buku identitas” Mandela, yaitu dokumen identitasnya setelah dibebaskan dari penjara pada tahun 1993.
Bulan lalu, Pengadilan Tinggi Gauteng Utara di Pretoria mengizinkan lelang tersebut setelah menolak larangan Badan Sumber Daya Warisan Afrika Selatan, yang bertanggung jawab atas perlindungan warisan budaya negara tersebut.
Pemerintah mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka akan mendukung permohonan badan tersebut.
Menteri Seni dan Kebudayaan Afrika Selatan, Zizi Kodwa, mengatakan pemerintah ingin “melestarikan warisan mantan Presiden Mandela dan memastikan bahwa karya hidupnya” tetap ada di negara tersebut.
Di situs webnya, Guernsey’s mengatakan lelang tersebut “akan menjadi hal yang luar biasa,” dan hasilnya akan digunakan untuk pembangunan Taman Peringatan Mandela di Qunu, desa tempat ia dimakamkan.
“Membayangkan benar-benar memiliki artefak yang disentuh oleh pemimpin hebat ini hampir tidak terpikirkan,” katanya.
Dalam wawancara dengan New York Times yang diterbitkan Kamis (18/1), Makaziwe Mandela mengatakan ayahnya ingin bekas wilayah Transkei tempat ia dilahirkan dan dibesarkan mendapat manfaat ekonomi dari pariwisata.
“Saya ingin orang lain di dunia memiliki karya Nelson Mandela, dan mengingatkan mereka, terutama dalam situasi saat ini, tentang belas kasih, kebaikan, dan pengampunan,” katanya kepada Times.
Laporan mengenai pelelangan tersebut telah memicu perdebatan sengit di platform media sosial di Afrika Selatan, dan banyak yang mengkritik pelelangan benda yang mereka anggap sebagai warisan budaya negara tersebut.
Rencana lelang ini dilakukan karena banyak negara Afrika berupaya mengembalikan karya seni dan artefak Afrika yang berharga yang dipindahkan dari benua itu selama tahun-tahun kolonial ke Afrika.
Baru-baru ini, Nigeria dan Jerman menandatangani kesepakatan pengembalian ratusan artefak yang dikenal sebagai Perunggu Benin. Kesepakatan itu menyusul keputusan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada tahun 2021 untuk menandatangani lebih dari 26 karya yang dikenal sebagai Harta Karun Abomey, karya seni tak ternilai dari kerajaan Dahomey abad ke-19 di Benin saat ini. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...