Agen-agen Perubahan Berkumpul di Manado
MANADO, SATUHARAPAN.COM – Di bawah payung tema “Tuhan, Kirimkan Cahaya dan Kebenaran-Mu untuk Memimpin Kami (Lords, Send Your Light and Truth to Lead Us)”, Majelis Pemuda Ekumenis Asia (Asian Ecumenical Youth Assembly/AEYA) dibuka di Manado, Indonesia pada hari Sabtu, 7 April 2018.
Selama enam hari, sekitar 350 pemuda Kristen dari 23 negara di Asia merenungkan tantangan yang mereka hadapi dalam masyarakat global saat ini, dan bagaimana agama dan ekumenisme dapat memainkan peran penting bagi perdamaian dan stabilitas.
Kebaktian pembuka menjadi acara Asia yang penuh warna. Dalam sambutan pembukaannya, moderator Dewan Gereja-gereja di Asia (Christian Conference of Asia/CCA), Bishop Dr Willem TP Simarmata, dengan hangat menyambut pemuda itu sebagai “tidak hanya bunga-bunga gereja, tetapi juga para pekebun bunga-bunga baru yang indah”. Ia dengan jelas mengingat tahun-tahun mahasiswanya sendiri sebagai aktivis yang bersemangat dan memuji kaum muda untuk terus menjadi agen perubahan, kedamaian, dan cahaya.
“Anda adalah harapan dan Anda harus berbicara keras kepada pemerintah dan otoritas lain untuk melawan ketidakadilan. Tetangga Anda harus tahu bahwa Anda adalah murid Kristus,” kata Simarmata, seperti dilaporkan oikoumene.org.
Dalam sambutan dan perkenalannya dengan AEYA, Sekretaris Jenderal CCA Dr Mathews George Chunakara, melanjutkan menggarisbawahi bagian penting dari orang-orang muda yang selalu berada dalam gerakan ekumenis, dan betapa penting melibatkan mereka sejak dini. Saat ini, beberapa program pemuda, yang ditujukan untuk melibatkan pemuda dan membina pemimpin ekumenikal masa depan, termasuk dalam prioritas CCA pada tahun-tahun mendatang.
”AEYA menyediakan platform bagi pemuda dari berbagai negara untuk bersama-sama menangani isu-isu terkait dan mengembangkan tanggapan ekumenis untuk kesaksian Kristen yang efektif. Di tengah realitas yang kompleks saat ini, kami membutuhkan bimbingan Ilahi dan itulah mengapa kami memilih tema, 'Kirimkan Cahaya dan Kebenaran-Mu untuk Memimpin Kami', dalam bentuk doa,” Chunakara menjelaskan.
Membangun Solidaritas Bersama
AEYA dilangsungkan 6 – 14 April. Penyelenggaraan tahun ini merupakan penyelenggaraan pertama setelah terakhir kali dilaksanakan 34 tahun lalu. AEYA terakhir dilaksanakan pada tahun 1984.
Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama Dewan Gereja-Gereja di Asia, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), GMIM, juga didukung penuh oleh Pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara.
Selain memfasilitasi pemuda Kristen dari berbagai penjuru di Asia untuk bersama-sama menggumuli berbagai tantangan dalam konteks Asia yang pluralistik yang juga kian maju pesat dalam berbagai sektor kehidupan, kegiatan ini menjadi momentum bagi pemuda yang berasal dari berbagai negara di Asia untuk berbagi pengalaman dalam tantangan yang dihadapi di negara masing-masing untuk membangun solidaritas bersama.
Tidak kalah penting, seperti dikutip dari laman pgi.or.id, para pemuda Kristen yang berkumpul ini dapat membangun jaringan dalam berbagai bentuk kerja sama yang dapat di lakukan di waktu-waktu mendatang.
Editor : Sotyati
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...