Ahmadiah Bantah 20 Warganya Menjadi Mualaf
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Wilayah Tasikmalaya membantah pemberitaan media massa online yang mengatakan 20 Anggota Jemaat Ahmadiah Indonesia di Tasikmalaya menjadi mualaf. Menurut dia, tidak ada satupun warga Ahmadiah Tasikmalaya menjadi mualaf seperti yang diberitakan salah satu media online.
Melalui surat hak jawab yang mereka kirim pada media tersebut dan juga dikirimkan kepada satuharapan.com, surat tertanggal 21 Mei 2013 itu menerangkan tidak ada satupun warganya turut hadir di Masjid Agung Bojong Koneng, Senin (20/5) kemarin.
Memang pada hari itu ada mobilisasi massa dari desa Tenjowaringin untuk menghadiri acara dimana menteri Agama, Suryadharma Ali, hadir. Acara tersebut diikuti beberapa Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) non Ahmadiyah, antara lain: DKM Al Barakah Citeguh, DKM Al Aqso 1, DKM Al Aqso 2, DKM Cituak dan DKM Sukarasa.
“Saya terharu. Saya menitikan air mata, setelah menyaksikan warga Ahmadiyah mengucapkan dua kalimat syahadat,” kata Menteri Agama Republik Indonesia, Suryadarma Ali pada acara tersebut, seperti yang diberitakan situs resmi Kementerian Agama, Senin (20/5).
"Setelah kembali kepada ajaran Islam, Menag pun berharap semuanya bisa hidup teratur ke depan. Teratur bukan hanya dalam beribadah, juga teratur mengindahkan segala aturan yang ditetapkan Allah. Jika bendera merah putih sebagai lambang bendera Indonesia diberi warga hijau atau lainnya, tentu bukan lagi dinamakan bendera Indonesia. Orang Indonesia pun akan marah," demikian diucapkan Suryadarma Ali.
"Hidup beragama, harus ada aturan. Bernegara pun harus mengindahkan segala undang-undangnya. Negara hadir untuk mengatur. Demikian juga jika mencederai Al Quran tentu negara harus mengatur. Karena itu, di dunia ini, tak ada kebebasan mutlak,” ujar Menag seperti dikutip dari situs milik Kementerian Agama.
JAI Tasikmalaya menyesalkan pemberitaan dan hadirnya Menteri Agama, Suryadaharma Ali dalam acara itu. Pemberitaan seperti itu tentunya menimbulkan dampak semakin memojokkan JAI di tengah diskriminasi selama ini.
Menurut Munawarman Ahmad, Pengurus JAI Wilayah Tasikmalaya, JAI berharap agar sesama anak bangsa dapat menyampaikan informasi yang dapat dipertanggung jawabkan dan dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat Indonesia sehingga bisa memberikan kontribusi terhadap kemajuan bangsa.
Seperti diberitakan sebelumnya, pada Minggu (5/5), warga JAI di Desa Tenjowaringin, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya diserang kelompok intoleran. Akibat aksi penyerangan tersebut paling tidak 25 rumah warga rusak, dua mesjid, satu sekolah dasar (SD Tenjowaringin), satu rumah makan (RM Kujang) dan sebuah madrasah. Tidak ada korban luka maupun korban jiwa.
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...