Ahok: Kalau Unjuk Rasa Jangan Peralat Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Aksi unjuk rasa warga bantaran Kali Ciliwung yang berlangsung di depan Kantor Gubernur DKI Jakarta, Jumat (22/5) dan melibatkan puluhan anak berseragam sekolah dasar (SD) ditanggapi negatif oleh Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. Langkah pendemo untuk menggaet anak-anak berada di garda paling depan dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya pun dinilai tak tepat sasaran.
“Nggak usah memperalat anak-anak. Yang demo-demo kalau mau datang ke sini, jangan libatkan anak-anak,” ungkap mantan politikus Gerindra itu di Balai Kota DK, Senin (25/5).
Pendemo yang menuntut relokasi bantaran Ciliwung ini sebelumnya mengaku enggan diusir jika belum mendapat rumah susun (rusun) sebagai penggantinya. Namun demikian, lahan yang mereka duduki ternyata merupakan lahan milik pemerintah, yakni milik Dinas PU.
Lebih lanjut, Ahok curiga para pendemo ini sebenarnya adalah warga yang menyewakan gubugnya di bantaran kali.
“Kalian yang marah-marah kan yang nyewain rusun. Sekarang kamu saja, kalau kamu sewa rumah yang di pinggiran sungai itu Rp 300.000 sampai Rp 500.000 sebulan. Lalu kalau saya pindahkan ke rusun, Anda hanya bayar Rp 140.000 ukuran 5x6 sama air PAM listrik paling abis Rp 400.000 - Rp 500.000. Artinya kamu kan lebih untung tinggal di rusun,” ungkap mantan Bupati Belitung Timur itu.
Ahok tak segan akan menggugat warga yang menyewakan lahan milik negara ini. Ia juga tak akan mencabut tuntutan pencabutan surat peringatan yang dilayangkan oleh aparatur setempat pun tak akan dikabulkan oleh Ahok.
Relokasi warga dari bantaran kali yang masuk zona merah dilakukan untuk kepentingan kenyamanan penduduk serta untuk mengentaskan warga dari persoalan banjir.
Sebelumnya, puluhan siswa SD yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung, Jumat pagi mendatangi Kantor Gubernur DKI Jakarta untuk menggelar aksi unjuk rasa.
Puluhan anak datang bersama orangtuanya menuntut pembatalan pembebasan lahan di sekitar Kali Ciliwung yang akan dibangun jalan inspeksi, tepatnya di Jalan Kerapu, Ancol, Jakarta Utara.
Anak-anak SD ini datang memakai atribut seragam merah-putih lengkap, berdasi, dan bertopi. Saat ditanya mengapa tak berangkat sekolah, secara serentak anak-anak ini menjawab tengah libur karena ruang kelas mereka digunakan untuk ujian kelas 6.
Mereka berasal dari sekolah yang berbeda, yakni dari SDN Pinangsia 03 Pagi, SDN 04 Petang, dan SDN Ancol 03 Pagi. Namun demikian, saat dikonfirmasi ulang mengapa harus berseragam sekolah, anak-anak tersebut tak menjawab dan hanya menggulirkan senyum.
Begitu juga dengan orangtua yang mengajaknya ke lokasi. Mereka tak mau dimintai keterangan lebih lanjut tentang pemakaian atribut sekolah dalam unjuk rasa itu.
Editor : Bayu Probo
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...