Ahok Sinyalir Pengadaan Bus Transjakarta Diesel Dipersulit
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mensinyalir ada oknum dari Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) yang mempersulit pengadaan bus Transjakarta berbahan bakar solar.
Pasalnya, Dishubtrans bersikukuh melakukan pengadaan bus berbahan bakar gas yang perakitannya memakan waktu lama, sementara desakan jumlah penumpang tak sepadan dengan jumlah armada bus Transjakarta yang dimiliki Pemprov DKI.
“Ngotot beli bus gas? Kendaraan operasional milik Pemda saja pakai solar. Mobil dinas Land Cruiser saya pakai solar. Bus pegawai pakai solar. Bus tingkat yang kita beli bahan bakarnya pakai solar. Jadi itu namanya mempermainkan kita. Ada semacam permainan supaya bus ini nggak nambah,” kata Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (4/6).
Selain karena alasan desakan jumlah armada yang kurang, terlambatnya penambahan bus berbahan gas juga dipertimbangkan dari jumlah stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) yang belum mencukupi. Namun demikian, Ahok akan terus mengusahakan pengadaan bus berbahan bakar gas seiring waktu.
Peraturan daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara memang mengharuskan kendaraan operasional dan dinas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG).
Pemerintah Provinsi DKI juga terus berupaya melakukan penyempurnaan terhadap kebutuhan transportasi massal, salah satunya dengan penambahan unit bus Transjakarta. Namun, penambahan bus yang ditargetkan akan berlipat ganda jumlahnya hingga ratusan unit ini sampai saat ini masih mengalami kendala.
Menurut Ahok, kendala terdapat pada produksi bus. Ahok ingin bus-bus Transjakarta ini bukan lagi merk bus yang kualitasnya kurang baik, seperti bus dari Tiongkok. Untuk itu, ia ingin membeli bus-bus rakitan lokal seperti merk Hino yang terpercaya.
“Tahun ini kita akan terus beli bus kok. Sekarang misalnya kayak Hino. Hino kan produksi lokal, 80-90 persen komponen sudah lokal. Sasis semua dicor di sini,” ujar Ahok
Namun, bus Transjakarta diwajibkan menggunakan bahan bakar gas, sedangkan bus Hino dengan bahan bakar gas mengalami proses produksi yang cukup lama, yakni selama dua tahun. Ahok ingin sambil menunggu bus berbahan bakar gas selesai diproduksi, Pemprov DKI tetap melakukan pengadaan armada Transjakarta berbahan bakar solar terlebih dahulu agar jumlah armada mencukupi untuk menampung banyaknya penumpang.
“Dia (Hino) kan mesti bikin sasis yang bergas, tapi itu butuh waktu dua tahun. Saya bilang untuk sementara beli saja yang diesel. Toh mesin diesel sekarang sudah Euro3 atau Euro5. Diesel dulu baru pelan-pelan kita ganti gas. Orang Jakarta ngotot mau bus gas tapi lama atau ngotot mau dapat bus cepat?” ujar Ahok.
“Saya kira orang Jakarta pilih dapat bus,” Ahok menambahkan.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...