Air Sebagai Penyambung Hidup Pengungsi Sudan Selatan
ADJUMANI, SATUHARAPAN.COM – “Kami tidak terbiasa mengambil air dari sumur,” kata Sara Tarakila (25). Dia menunggu dengan beberapa orang lainnya di salah satu sumur di pemukiman pengungsi Nyumanzi di distrik Adjumani, Uganda Utara. Bersama dengan ribuan pengungsi Sudan Selatan lainnya, dia terpaksa melarikan diri ke Uganda setelah pertempuran kembali terjadi pada Minggu (15/12) lalu di Juba.
“Kami sangat senang berada di sini dengan aman di Uganda dan keadaan menjadi lebih baik ketika kami mendapatkan cukup air. Sebelumnya kami berjuang untuk mendapatkan air,” kata Tarakila. Sumur di pemukiman pengungsi Nyumanzi telah dibuat oleh The Lutheran World Federation (LWF). “Di tempat sebelumnya kami tidak mendapatkan cukup air, tapi sekarang kami dapat menemukan air berlimpah disini.” Tarakila menambahkan sambil tersenyum.
Diperkirakan bahwa lebih dari 59 ribu pengungsi dari Sudan Selatan tiba di negara tetangga Uganda melalui titik perbatasan yang berbeda, dan sekarang para pengungsi berada di Adjumani, Arua dan kabupaten Kiryandongo. Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) melaporkan adanya kelangkaan air, sanitasi dan penyediaan kesehatan, serta sumber daya yang ditujukan untuk melindungi para pengungsi, dan menyatakan bahwa saat ini butuh banyak dana sesegera mungkin.
Hidup Berdampingan Secara Damai Dengan Tuan Rumah
LWF adalah organisasi pertama yang tiba di Adjumani. Mereka memberikan pengungsi berbagai macam barang kebutuhan dasar seperti cangkir plastik, piring, kaleng air dan sabun. Melalui program Departemen Pelayanan Dunia (DWS) di Uganda, LWF telah membangun kembali empat sumur bor di pemukiman Nyumanzi dan pengeboran enam sumur baru sedang berlangsung, tiga diantaranya akan menguntungkan para pengungsi di pemukiman dan satu sumur akan digunakan oleh tuan rumah.
“Hal ini penting untuk memastikan antara para pengungsi dan masyarakat setempat hidup berdampingan secara damai,” kata James Drichi, yang bertanggung jawab atas air, sanitasi dan jasa kebersihan (WASH) untuk LWF.
Tiga puluh tahun Aurelia Mesiku berasal dari desa Ige, yang terletak di pemukiman Nyumanzi dimana lebih dari 43 ribu pengungsi Sudan Selatan saat ini tinggal. Saat ini sudah sore hari dan berdebu. Belum ada hujan selama berbulan-bulan dan Mesiku bergabung dengan banyak perempuan dari masyarakat setempat yang juga sedang menunggu untuk mengambil air dari sebuah sumur di pemukiman.
“Sumur ini sudah tidak berfungsi dalam waktu yang lama, lalu LWF datang dan memperbaikinya. Sebelumnya, saya harus mengambil air tiga kilometer jauhnya, tapi sekarang sudah lebih dekat dari rumah saya. Saya senang sumur itu telah diperbaiki,” kata Mesiku yang juga ketua panitia perbaikan sumur tersebut. “Satu-satunya kekhawatiran saya adalah bahwa ada begitu banyak orang yang berbagi di sumur ini.”
Tapi dia bisa berempati dengan situasi Sudan Selatan. “Dulu saya pengungsi dan pergi dari Uganda ke Sudan ketika saya masih berusia 13 tahun. Saya senang bahwa kami juga bisa menyambut orang-orang Sudan Selatan di sini,” kata dia.
Dukungan Masih Terus Dibutuhkan
Bagaimanapun, situasi air di pemukiman pengungsi Nyumanzi tetap menjadi hal yang sangat penting.
“Situasi membaik, namun masih jauh dari yang diharapkan. Kita masih perlu untuk membangun setidaknya 90 sumur, serta MCK dan tempat pemandian dan karena saat ini Nyumanzi semakin penuh, kita perlu juga membangun dan merehabilitasi pemukiman baru,” kata Arnold Kasoba, petugas UNHCR WASH di Adjumani. (lwf-assembly2003.org)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...