Aka Kalesi alias Kesarek, Obat Herbal Banyak Suku di Nusantara
SATUHARAPAN.COM – Warga Dayak Kenyah menamakan tumbuhan ini aka kalesi. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan liana, karena tumbuh merambat, memanjat, atau menggantung, memerlukan kaitan atau objek lain agar dapat bersaing mendapatkan cahaya matahari dalam pertumbuhan.
Mengutip dari studi Karyati dan Muhammad Agus Adhi yang dipublikasikan dalam Jenis-jenis Tumbuhan Bawah di Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (2018, Mulawarman University Press, editor Dewi Embong Bulan), dalam repository.unmul.ac.id, tumbuhan ini dikenal sebagai tanaman obat herbal tradisional. Air rebusannya berkhasiat digunakan untuk pengobatan dan kesehatan, di antaranya mengobati batuk, demam, dan menstruasi tidak teratur.
Tidak mudah menelusuri keberadaannya, mengingat tumbuhan ini memiliki banyak nama lokal.
Bermula ketika membuka-buka buku Obat Asli Indonesia; Khusus Tumbuh-tumbuhan yang Terdapat di Indonesia oleh Dr A Seno Sastroamidjojo, Arts (1967, Penerbit Dian Rakyat), kita akan menemukan tumbuhan obat bernama sambangan, yang juga dikenal dengan nama lokal ki sambang, konyang, akar berbat, akar sarik, atau areuy kicarulang. Nama-nama lokal itu mengerucut ke satu nama ilmiah, Spatholobus ferrugineus (Zoll. & Moritzi) Benth.
Seno Sastroamidjojo menyebutkan getah tumbuhan ini biasa dimanfaatkan sebagai obat mulas. Air rebusan batangnya jadi obat batuk dan obat sakit perut. Jika ditambah adas pulosasi, air rebusan batang itu dapat mengobati demam. Air rebusan batang yang ditumbuk atau diiris-iris, atau getahnya, diminum untuk memperbaiki haid (menstruasi).
Dengan kata kunci Spatholobus ferrugineus, penelusuran bermuara ke studi “Tanaman Obat dan Herbal dari Hutan untuk Penyakit Degeneratif Metabolik” dalam bpk-palembang.org. Di dalam studi itu disebutkan nama lokal Spatholobus ferrugineus adalah kesarek.
Kesarek adalah nama lokal tumbuhan ini di kawasan Bangka-Belitung, selain akar sarik dan akar berbat, nama yang juga disebutkan Seno Sastroamidjojo.
Nama lokal lain adalah akar sarikan lanang, akar serbabak (Palembang), ako kepah (Jambi), aka kelesi atau aka kalesi (Kenyah, Kalimantan Timur), areuy ki sambangan, areuy ki carulang, ki sambaing konyang (Sunda). Dua nama terakhir juga disebutkan Seno Sastroamidjojo.
Ciri Botani dan Penyebaran
Aka kalesi, kesarek, atau sambangan, yang bernama ilmiah Spatholobus ferrugineus (Zoll. & Moritzi) Benth, berasal dari famili (suku) Fabaceae, yang dulu dikenal dengan Leguminoceae atau Papilionaceae. Dalam dunia pertanian, tumbuhan anggota suku ini sering kali disebut sebagai tanaman legum (legume).
Dari beberapa referensi, Spatholobus ferrugineus (Zoll. & Moritzi) Benth memiliki nama sinonim, yakni Butea ferrugineus (Zoll.& Moritzi) Blatt. Dalam “Daftar Jenis Tumbuhan di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara”, mengutip dari ebook3d.bit.lipi.go.id, disebutkan nama sinonim lain, yakni Drebbelia ferruginea, Zoll & Mor, dengan nama lokal tandadoko.
Seno Sastroamidjojo dalam bukunya menyebutkan tumbuhan ini adalah perdu merambat, panjang sampai 25 meter. Tumbuh bagus hingga 1.00 meter di atas permukaan air laut, di hutan-hutan, lingkungan perdu basah, hingga jurang.
Batangnya kuat, kecil, tidak kaku. Getah yang masih segar, berwarna merah seperti darah.
Daunnya bersirip berganda, bagian bawah merah cokelat.
Studi “Tanaman Obat dan Herbal dari Hutan untuk Penyakit Degeneratif Metabolik” dalam bpk-palembang.org, lebih terperinci menyebutkan daun bagian samping asimetrik, ujung daun jorong, jorong memanjang atau mendekati bundar, ukuran 7-49 cm x 5-30 cm, daun penumpu bengkok (membalik arah), ukuran 3-6 mm x 4-6 mm.
Bunganya majemuk, dengan panjang mencapai 45 cm, bunga tersusun dalam lembaran/bulir, kelopak bunga berwarna merah atau ungu.
Buahnya berukuran 4-6 xm x 1,3-2 cm, berwarna cokelat pucat, puberulous. Bijinya berukuran 10 mm x 5-10 mm.
Deskripsi botani lengkap tumbuhan ini, dilakukan dua peneliti Thailand dari Pusat Penelitian Taksonomi Terapan, Departemen Biologi, Fakultas Sains, Universitas Khon Kaen, Thailand Sakultala Ninkaew dan Pranom Chantaranothai.
Kesarek mempunyai daerah sebaran mulai dari Thailand bagian selatan, Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi.
Kandungan Kimia dan Khasiat
Hasil uji fitokimia menunjukkan pada batang kesarek mengandung flavonoid, tannin, saponin, quinon, triterpenoid, dan alkaloid (Asmaliyah et al., 2015). Begitu juga hasil uji fitokimia yang dilakukan Marlina (2007), menunjukkan pada ekstrak metanol batang Spatholobus ferrugineus mengandung senyawa aktif alkaloid, flavonoid, polifenol, terpenoid atau steroid. Alkaloid dan flavonoid bersifat antioksidan.
Studi “Tanaman Obat dan Herbal dari Hutan untuk Penyakit Degeneratif Metabolik” dalam bpk-palembang.org, menyebutkan masyarakat suku Melayu di Desa Limbung, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, memanfaatkan batang kesarek untuk pengobatan ngilu pada persendian (rematik). Masyarakat di Desa Tanjung Lengkayap, Kecamatan Lengkiti, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Provinsi Sumatera Selatan, memanfaatkan batang kesarek untuk pengobatan ambeien (Asmaliyah et al., 2015).
Masyarakat suku Anak Dalam di Desa Rimbo Air Hitam, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun Bangko dan di Desa Rimbo Kejasung, Kecamatan Messam, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi, memanfaatkan kulit batang Spatholobus ferrugineus untuk pengobatan berak darah atau ambeien (Setyowati, 2003).
Spatholobus ferrugineus juga termasuk dalam daftar kekayaan keanekaragaman hayati Singapura, namun tidak banyak penjelasan mengenai persebaran di negara itu.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...