Akademisi Imbau Tiongkok Bebaskan Tahanan Tiananmen
BEIJING, SATUHARAPAN. COM – Ratusan akademisi internasional pada Rabu, (4/6), mengimbau pembebasan para mahasiswa dan pengacara yang ditahan di Tiongkok jelang peringatan ke-25 tindakan brutal di Lapangan Tiananmen.
Tiongkok membatasi dengan ketat diskusi publik tentang penindasan yang terjadi pada 4 Juni 1989 terhadap aksi protes reformasi politik, ketika para tentara membunuh ratusan warga sipil, bahkan diperkirakan sebenarnya lebih dari seribu orang.
Pihak berwenang menahan puluhan orang meliputi pengacara, wartawan, seniman dan kerabat dari mereka yang tewas dalam tindakan brutal tersebut, menjelang peringatan tahun ini, menurut beberapa asosiasi dan kelompok HAM.
Sekitar 80 akademisi dari beberapa negara seperti Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Australia dan Jerman memublikasikan sebuah surat terbuka kepada Presiden Tiongkok Xi Jinping, berisi imbauan untuk membebaskan lima orang yang ditahan bulan lalu setelah mereka menghadiri seminar tertutup yang membahas penindasan tersebut.
Lima orang yang ditahan atas tuduhan “memicu pertikaian dan memprovokasi masalah” tersebut meliputi pengacara hak asasi manusia terkenal Pu Zhiqiang, serta para akademisi.
Beberapa rekan Pu yang dijebloskan ke dalam tahanan dalam beberapa pekan terakhir ini mengindikasikan bahwa jaksa sedang mempersiapkan kasus pidana terhadap pengacara tersebut, yang memenangkan pujian karena membela beberapa korban kamp kerja paksa.
“Jelas bahwa tidak ada warga negara yang disebutkan di atas telah melakukan tindak pidana. Penahanan mereka adalah sebuah ketidakadilan,”, kata surat itu, yang ditandatangani oleh sejumlah akademisi terkemuka di Tiongkok dan diverifikasi otentik oleh AFP.
“Karena itu kami meminta anda dengan hormat untuk memperbaiki kesalahan ini, dan untuk membebaskan tanpa syarat warga yang telah salah ditahan,” katanya menambahkan.
Dalam surat terpisah yang dirilis online dan ditujukan untuk “warga Tiongkok”, sekitar 160 akademisi dan penulis dari Jepang dan Korea Selatan mengatakan mereka “sangat khawatir” dengan mereka yang ditahan. Mereka melakukan aktivitas intelektual yang damai dan rasional untuk menyembuhkan luka mental yang diterima masyarakat Tiongkok setelah peristiwa mengerikan pada 1989. (AFP/Ant)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...