Akademisi Irak Yang Dibunuh Meneliti Korupsi Milisi yang Didukung Iran di Provinsi Ninewe
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM-Penelitian yang belum dipublikasikan oleh peneliti Irak, Hisham Al-Hashemi, yang dibunuh membuktikan tingkat korupsi oleh milisi Unit Mobilisasi Populer (PMU) yang didukung Iran di Provinsi Ninewe, Irak, setelah mereka merebut kembali wilayah itu dari ISIS, menurut wartawan Al Hadath, Roula Al-Khateeb yang memperoleh dokumen-dokumen itu.
Al-Khateeb dari media Al Hadath, yang menerima beberapa dokumen dari sumber yang tidak disebutkan namanya, telah melaporkan tentang bagaimana dokumen dan makalah penelitian yang ia terima terkait dengan kegiatan milisi PMU di Irak, dan mungkin terkait moti di balik pembunuhan Al-Hashemi.
Al-Hashemi, yang secara terbuka mendukung protes rakyat yang pecah di Baghdad pada bulan Oktober tahun lalu. Dia dibunuh pada 6 Juli ketika tiga pria bersenjata menembakkan puluhan peluru ke arahnya di luar rumahnya di Baghdad timur.
Makalah penelitian terbaru yang dikerjakannya menyangkut korupsi PMU di Ninewe, bagian kedua dari tiga bagian tentang karya Al-Hashemi yang belum dipublikasikan. Karya itu menunjukkan jumlah milisi yang ditempatkan di Ninewe dan menyimpulkan bahwa kota itu dikendalikan oleh Faleh Al-Fayyad, Hadi Al-Amri, dan Abu Mahdi Al-Mohandes sebelum kematian mereka.
“Penelitian Al-Hashemi menemukan bahwa ribuan militan PMU yang ditempatkan dan mengendalikan Ninewe saat ini bukanlah orang dari kota itu sendiri. Banyak dari faksi-faksi militan ini memasuki Ninewe dengan dalih memerangi ISIS, tetapi mereka tidak pergi begitu kelompok teroris ISIS dikalahkan,” kata Al-Khateeb dalam sebuah penampilan di saluran Al Hadath mengenai laporannya di surat kabar itu.
"Milisi PMU ini kemudian mengambil keuntungan dari minyak di Ninewe dan menyelundupkannya ke Iran dengan Garda Revolusi Iran menjadi mitra utama dari kelompok milisi PMU yang berkuasa Ninewe, dan menggunakannya sebagai bagian penting dari pembiayaannya," kata Al-Khateeb dalam sebuah ringkasan tentang temuan Al-Hashemi dikutip Al Arabiya.
Penelitian Al-Hashemi yang tidak dipublikasikan juga mengungkapkan bahwa faksi-faksi milisi PMU telah mengambil royalti dari penduduk Ninewe, memeras mereka, dan mencegah mereka kembali ke tanah mereka sendiri yang diambil oleh ISIS.
Ninewe adalah provinsi Irak terbesar kedua di negara itu setelah Baghdad dalam hal populasi dan pertumbuhan ekonomi. Ibu kotanya adalah Mosul dan provinsi ini secara keseluruhan dianggap sebagai provinsi paling konservatif dan multi sektarian di negara ini.
Islam Sunni adalah sekte mayoritas di provinsi itu, dan penelitian Al-Hashemi menemukan bahwa milisi PMU yang didukung Iran mengendalikan provinsi itu dan berusaha mengubah demografi dan susunan kota dengan mencegah orang Sunni Ninewe kembali ke tanah mereka sendiri dari luar negeri,” kata laporan Al-Khateeb.
Makalah itu setidaknya mendeskripsikan adanya 18 kelompok milisi bersenjata di Provinsi Ninewe dan kegiatan mereka di sana.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...