Akhir Pekan, IHSG Melemah 32,35 Poin, Rupiah Melemah 33 Poin
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat (14/3) dibuka melemah 32,35 poin atau 0,68 persen menjadi 4.693,82 terkena dampak negatif dari bursa global. Nilai tukar melemah 33 poin menjadi Rp 11.419 dibanding sebelumnya di posisi Rp 11.386 per dolar AS.
Sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 8,39 poin (1,06 persen) ke level 786,02.
"Melemahnya bursa saham Eropa dan AS merambah ke indeks saham di kawasan Asia termasuk IHSG BEI," kata Head of Research Valbury Asia Securities, Alfiansyah di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan bahwa koreksi indeks saham Eropa, memicu koreksi indeks Wall Street AS Kamis malam. Kendati data-data penjualan ritel dan klaim pengangguran AS membaik, namun investor khawatir terhadap Rusia yang tetap memulai latihan militer dekat perbatasan Ukraina.
Di sisi lain, lanjut dia, rilis data ekonomi China yang di bawah ekspektasi menambah khawatir kalangan investor terhadap prospek pertumbuhan negeri itu.
Ia mengemukakan bahwa data ekonomi China yang dirilis salah satunya mengenai tingkat produksi pabrik yang naik sebesar 8,6 persen, sementara perkiraan pasar sebesar 9,5 persen.
Sementara itu, bursa regional di antaranya indeks Hang Seng melemah 144,82 poin (0,67 persen) ke level 21.611,26, indeks Nikkei turun 369,81 poin (2,50 persen) ke level 14.446,31 dan Straits Times melemah 14,45 poin (0,50 persen) ke posisi 3.066,07.
Rupiah Jumat Pagi Melemah 33 Poin
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat pagi melemah 33 poin menjadi Rp 11.419 dibanding sebelumnya di posisi Rp 11.386 per dolar AS.
"Bank Indonesia yang merevisi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun ini diperkirakan menjadi salah satu yang menjadi tekanan bagi mata uang rupiah," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Jumat.
Ia mengemukakan bahwa BI merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 di kisaran 5,5-5,9 persen dari sebelumnya 5,8-6,2 persen.
Ia menambahkan bahwa investor juga kembali dicemaskan oleh aksi militer Rusia di Ukraina, kondisi itu dikhawatirkan dapat mengganggu bisnis dan perdagangan global. Apalagi, beberapa data ekonomi China juga berada di bawah ekspektasi.
"Melihat kondisi itu, akan mendorong mata uang dolar AS meningkat karena dianggap dapat menjaga nilai aset," katanya.
Meski demikian, kata dia, masih adanya penilaian bahwa ekonomi Indonesia tetap akan stabil dapat menahan koreksi mata uang domestik lebih dalam, dana asing masih akan masuk ke Indonesia mengingat belum cukup pulihnya kondisi global.
Ia menambahkan bahwa Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) di level 7,5 persen masih dipandang positif oleh investor dalam menjaga pertumbuhan ekonomi domestik.
"Pelaku pasar melihat positif ketika BI memutuskan untuk tetap mempertahankan level BI rate. Pasar mengasumsikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat lebih dipacu, terutama dari sisi penyaluran kredit di mana sebelumnya sempat terjadi perlambatan pertumbuhan," katanya. (Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...