Akibat Konflik, Warga Muslim di Bangui Tinggal Kurang dari Satu Persen
BANGUI, SATUHARAPAN.COM – Konflik di Republik Afrika Tengah (Central African Republic /CAR) merupakan konflik politik yang berpusat pada penolakan hak istimewa, ketimbang konflik agama. Namun terjadi eksodus besar-besaran warga Muslim, sehingga di Bangui tersisa kurang dari satu persen.
Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal Action by Churches Together, atau ACT International, John Nduna, Selasa (11/3). Lembaga yang berbasis di Jenewa ini merupakan salah satu yang aktif menyampaikan bantuan kemanusiaan di CAR.
Jumlah orang Muslim di Bangui, ibu kota, CAR merosot tajam. Mereka melrikan diri akibat konflik. Aliansi global gereja telah mendesak untuk menangani konflik ini dari sisi politik ketimbang aspek agama, untuk menghentikan eksodus Muslim dari CAR.
"Hal ini sangat disayangkan bahwa umat Islam harus melarikan diri," kata John Nduna. “Sangat menyedihkan bahwa hal ini terjadi.”
Kekacauan meletus tahun lalu di CAR akibat pemberontakan Milisi Seleka, kelompok yang didominasi Muslim, menggulingkan pemerintah. Seleka disebutkan melakukan penjarahan, memperkosa dan membunuh warga sipil, terutama warga Kristen. Serangan itu mendorong pembentukan milisi pro Kristen yang dikenal anti Balaka (anti parang) yang berindak sama brutalnya.
Nduna yang kelahiran Zambia menyebutkan bahwa konflik di negara itu berpusat pada penolakan hak istimewa. "Warga tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan," kata dia. "Hal ini membuat negara mudah terpolarisasi yang menggunakan agama sebagai alasannya."
Meskipun CAR adalah negara yang kaya akan mineral seperti emas, berlian dan tembaga, warga biasa tetap hidup miskin, dan pelayanan kesehatan dan pendidikan sangat kurang.
Pada tanggal 7 Maret, Koordinator Bantuan Darurat PBB, Valerie Amos, mengatakan bahwa kurang dari satu persen dari 100.000 Muslim bertahan di Bangui, ibu kota CAR. Kota-kota lain di bagian barat menyaksikan eksodus serupa. Antonio Guterres, Komisaris Tinggi PBB untuk pengungsi, mengatakan bahwa pembersihan etnis Muslim terjadi di negara ini.
Di kota Bossangoa, Uskup Agung Katolik Roma, Nestor Nongo-Aziagbia mengatakan bahwa konflik terus berlangsung. Terjadi serangan balik pada kedua pihak. "Memang benar warga Muslim melarikan diri," kata dia. "Tapi banyak lagi yang berlindung di gereja-gereja." (religionnews.com)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...