Akibat Memburuknya Keamanan, Wisata Mesir Turun 43 Persen
KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Pariwisata Mesir turun 43 persen pada kuartal pertama tahun 2014, dan diperkirakan akibat situasi keamanan yang memburuk, khususnya serangan pada wisatawan pada Februari lalu.
Penurunan itu dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat pendapatan sebesar US$ 1,3 miliar (Rp 14,8 triliun), seperti dilaporkan Reuters hari Rabu (16/4). Namun Kementerian Pariwisata Mesir tidak segera tersedia untuk mengkonfirmasi tersebut ketika diminta oleh media Mesir Al-Ahram.
Penurunan industri pariwisata ini dinilai sebagai akibat dari serangan teroris di Taba pada bulan Februari yang menewaskan tiga wisatawan Korea Selatan, kata Adella Ragab, penasihat ekonomi menteri pariwisata.
Serangan di Taba terjadi pada sebuah bus dalam perjalanan ke Israel dari Biara St Catherine, sebuah tujuan wisata populer di Sinai Selatan. Ini merupakan serangan pertama pada wisatawan sejak penggulingan mantan presiden Mohammed Morsi pada Juli 2013 yang didorong oleh pemberontakan kelompok Islamis.
Mesir dikunjungi sekitar dua juta wisatawan asing dalam tiga bulan pertama tahun 2014, dan angka ini 30 persen lebih rendah darpada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan pariwisata, pengiriman uang dan pendapatan Terusan Suez merupakan sumber utama untuk penerimaan mata uang asing di Mesir.
Sektor pariwisata yang terpuruk merupakan 11 persen dari produk domestik bruto negara itu, dan mengalami pukulan berat sejak aksi pemberontakan pada Januari 2011.
Baru-baru ini disebutkan bahwa maskapai penerbangan terbesar kedua di Jerman, Air Berlin, menghentikan semua penerbangan ke Sharm El-Sheikh hingga 30 April, akibat memburuknya kondisi keamanan bagi wisatawan asing.
Kementerian Pariwisata kemudian meluncurkan serangkaian tindakan pencegahan untuk meningkatkan keamanan di kawasan kota wisata Laut Merah.
Meskipun ada berbagai upaya untuk menghadapi tantangan yang dihadapi sektor pariwisata ini, pendapatan untuk negeri itu menurun sekitar 41 persen pada 2013 dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar US$ 5,9 miliar (sekitar Rp 67,3 triliun). (ahram.org,eg)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...