Akibat Wabah COVID-19, Perusahaan Penerbangan Asia Pasifik Rugi US$ 27,8 Miliar
SATUHARAPAN.COM-Wabah virus corona yang dimulai dari China memukul bisnis di bidang penerbangan. Maskapai yang beroperasi di wilayah Asia-Pasifik akan kehilangan pendapatan gabungan sebesar US$ 27,8 miliar tahun ini, kata Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA / International Air Transport Association), hari Kamis (20/2).
Perkiraan ini didasarkan pada proyeksi penurunan permintaan penumpang selama 13 persen dalam setahun penuh, sebagian besar di China, kata asosiasi itu, dikutip AFP.
"Ini akan menjadi tahun yang sangat sulit bagi maskapai penerbangan," kata CEO IATA, Alexandre de Juniac, dalam sebuah pernyataan. "Menghentikan penyebaran virus adalah prioritas utama," katanya.
IATA mengatakan perkiraannya berasumsi bahwa COVID-19 berperilaku seperti wabah SARS hampir dua dekade lalu, yang "ditandai oleh periode enam bulan dengan penurunan tajam dan diikuti oleh pemulihan yang sama cepatnya."
Ini akan menjadi pertama kalinya sejak krisis SARS tahun 2003 bahwa permintaan untuk perjalanan udara telah menurun, kata De Juniac. Maskapai penerbangan di pasar domestik China saja diperkirakan kehilangan sekitar US$ 12,8 miliar pendapatan. Sementara operator di luar kawasan Asia-Pasifik diperkirakan menderita kerugian sebesar US$ 1,5 miliar.
Hal ini membawa pendapatan maskapai di seluruh dunia yang hilang akibat virus menjadi US $ 29,3 miliar, kata IATA. Namun demikian, jika virus menyebar lebih luas ke pasar Asia-Pasifik maka dampaknya terhadap maskapai dari wilayah lain akan lebih besar.
IATA sebelumnya memperkirakan maskapai penerbangan Asia-Pasifik akan mencatat pertumbuhan 4,8 persen tahun ini, tetapi mereka sekarang berada di jalur sebaliknya dengan kontraksi sekitar 8,2 persen, katanya.
Ada beberapa faktor yang berpotensi melunakkan pukulan itu. “Pemerintah akan menggunakan kebijakan fiskal dan moneter untuk mengimbangi dampak ekonomi yang merugikan. Beberapa bantuan mungkin terjadi pada harga bahan bakar yang lebih rendah untuk beberapa maskapai, tergantung pada bagaimana biaya bahan bakar dilindungi,” katanya.
Sulit untuk diprediksi berapa banyak tepatnya kehilangan pendapatan akan membebani laba operator penerbangan, tetapi maskapai sudah mengambil "keputusan sulit" untuk memangkas kapasitas, atau bahkan rute penerbangan, kata IATA. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...