Akibatkan Pencemaran, Perusahaan Tambang Mongolia Terancam Ditutup
ULANBATOR, SATUHARAPAN.COM - Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan emas dan tembaga di Mongol dengan nama Rio Tinto diprotes karena membahayakan persediaan air bersih serta ekologi.
Protes dari berbagai belahan penjuru dunia mengalir kepada perusahaan Rio Tinto sesaat sebelum melakukan rapat dengan para pemegang saham di London, Kamis (18/04) kemarin . Tambang itu diduga telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Berdasarkan penuturan seorang warga Mongol “Tambang emas dan tembaga di Oyu Tolgui, Gobi senilai 3,4 triliun Rupiah itu mengancam persediaan air bersih untuk ratusan penduduk lokal yang nomaden”.
Sukhgerel Dugersuren, pimpinan organisasi masyarakat sipil Oyu Tolgoi Watch mengatakan, "Air adalah sumber kehidupan sekaligus kematian, Rio Tinto sudah menggunakan persediaan air dengan cara mengubah aliran sungai tanpa persetujuan masyarakat setempat dan pemerintah”. “Hal ini akan merugikan hewan ternak dan masyarakat setempat karena sumber air kami di batasi oleh tambang”, tambahnya. Menurut laporan ya ia buat, kolam tempat penampungan limbah tambang juga telah bocor sehingga masyarakat berusaha meminta jaminan dari pihak Rio.
Menanggapi hal ini, Kepala Eksekutif Rio yang baru, Sam Walsh mengungkapkan bahwa perusahaan dia memiliki komitmen untuk melakukan perlindungan hak asasi manusia dan perlindungan alam. “Kami memastikan bahwa masyarakat yang menjadi tetangga kami tetap memiliki masa depan yang sehat dan sejahtera," ujar dia.
“Air memang penting, dan kami akan mengambil air dari akuifer tingkat dalam dan bukan yang di permukaan. Kami juga mengakui bahwa Rio mengubah arah aliran sungai, tapi itu sungai musiman” tutur Walsh. Tegas dia, “Sebagai gantinya kami akan membuatkan mata air yang baru untuk memenuhi kebutuhan hewan dan untuk memenuhi penampungan-penampungan air yang ada di hilir."
Pimpinan Rio itu juga memberitahu bahwa 34 % saham tambang yang ada di Oyu Tolgoi dipegang oleh Pemerintah Mongolia. Hal ini akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang besar, kurang lebih 46 persen dari PDB negara itu.
Akan tetapi para pengunjuk rasa tetap mengumandangkan keperihatinan mengenai rencana perusahaan Rio Tinto untuk membangun tambang lagi di Bristol Bay Alaska, tambang bijih besi kontroversial di Guinea, dan tambang nikel serta tembaga di Michigan.
Editor : Wiwin Wirwidya Hendra
Jaktim Luncurkan Sekolah Online Lansia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur meluncurkan Sekolah Lansia Onl...