Aksi Ambil Untung, IHSG dan Rupiah Melemah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (25/2) kembali ditutup terkoreksi sebesar 46,28 poin menyusul aksi lepas saham pelaku pasar. Rupiah juga diperdagangkan melemah sebesar 28 poin menjadi Rp 11.676, dibanding hari sebelumnya, Rp 11.648 per dolar AS.
IHSG BEI ditutup turun sebesar 46,28 poin atau 1,00 persen ke posisi 4.577,29. Sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 11,49 poin (1,50 persen) ke level 768,21.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Selasa, mengatakan peluang kenaikan IHSG BEI kembali berkurang menyusul aksi lepas pelaku pasar terhadap saham-saham yang telah mengalami kenaikan dalam beberapa hari sebelumnya.
“Pekan lalu saham-saham domestik menguat cukup signifikan, kondisi itu menggoda pelaku pasar untuk merealisasikan keuntungan sehingga IHSG pun akhirnya takluk oleh aksi tersebut dan berakhir di area negatif,” kata dia.
Di sisi lain, lanjut dia, pergerakan rupiah yang juga terdepresiasi menambah sentimen negatif pasar saham di dalam negeri.
“Namun, investor asing yang masih membukukan beli bersih (net buy) saham menahan tekanan indeks BEI lebih dalam,” katanya.
Tercatat dalam perdagangan saham di BEI, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 58,286 miliar pada Selasa ini (25/2).
Transaksi perdagangan saham di BEI tercatat sebanyak 200.749 kali dengan volume mencapai 3,36 miliar lembar saham senilai Rp 4,55 triliun. Tercatat, efek yang bergerak naik sebanyak 91 saham, yang melemah 210 saham, dan yang tidak bergerak nilainya atau stagnan 93 saham.
Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng melemah 71,36 poin (0,32 persen) ke tingkat 22.317,20, indeks Nikkei naik 213,92 poin (1,44 persen) ke tingkat 15.051,60 dan Straits Times melemah 1,46 poin (0,05 persen) ke posisi 3.104,38.
Rupiah Bergerak Melemah
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan di pasar antarbank Jakarta pada Selasa sore bergerak melemah sebesar 28 poin menjadi Rp 11.676, dibanding sebelumnya Rp 11.648 per dolar AS.
“Pelemahan mata uang rupiah merupakan hal yang sehat bagi pasar, karena kenaikan yang terlalu signifikan belum tentu baik,” kata Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, secara umum posisi rupiah saat ini sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang terus mengalami perbaikan.
“Ekonomi domestik masih berpotensi melanjutkan perbaikan, defisit neraca pembayaran Indonesia diproyeksikan akan terus menyusut serta inflasi tahun ini yang stabil,” kata dia.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menambahkan mata uang rupiah yang sempat mengalami penguatan tertinggi ke tingkat Rp 11.600 per dolar AS mendorong sebagian pelaku pasar mengambil posisi ambil untung.
“Namun posisi ambil untung itu tidak signifikan sehingga rupiah masih stabil. Kepemilikan asing pada obligasi pemerintah berdenominasi mata uang rupiah juga cenderung mengalami kenaikan sepanjang tahun ini,” katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Selasa ini (25/2), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp 11.620 dibanding sebelumnya (24/2) di posisi Rp 11.728 per dolar AS. (Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...