Aksi Antikekerasan di Paris Pasca Tragedi Serangan
PARIS, SATUHARAPAN.COM – Ratusan warga berunjuk rasa di Toulouse, Prancis pada hari Rabu (2/11) menentang meningkatnya kekerasan terhadap aparat. Unjuk rasa aparat kepolisian Prancis terjadi sejak tanggal 17 Oktober lalu menyusul serangan pada tanggal 8 Oktober yang mengakibatkan seorang anggota polisi mengalami cidera serius setelah terkena bom molotov di pinggiran kota Paris.
Kurangnya sumber daya dan bantuan serta lemahnya hukuman terhadap para pelaku teror yang selama ini terjadi di Prancis menjadi faktor pemicu terjadinya demonstrasi yang terjadi hampir di seluruh Prancis.
Sementara itu di gedung teater Batalcan, yang menjadi salah satu target tempat aksi teror yang terjadi pada tanggal 13 November 2015 lalu terlihat beberapa karangan bunga yang terikat di pagar sebagai bentuk peringatan tragedi. Sebanyak 130 orang tewas akibat aksi teror yang dilakukan oleh kelompok radikal pada saat berlangsungnya sebuah acara konser musik.
Peristiwa serangan teror penembakan, bom bunuh diri dan penyanderaan terjadi dikota Paris dan Saint-Denis sebuah kota yang terletak sebelah utara pinggiran kota Paris yang terjadi sekitar pukul 21.16 waktu setempat. Terjadi enam penembakan massal dan tiga buah bom bunuh diri secara terpisah dekat, Stade de France.
Aksi teror di Batalcan menjadi rangkaian serangan yang mematikan karena pelaku melakukan penyanderaan para pengunjung yang pada saat memenuhi aula gedung. Sedikitnya 129 orang tewas, 89 di antaranya dari Batalcan. Sementara 352 korban jiwa mengalami cidera termasuk 99 orang mengalami luka serius.
Pada tanggal 14 November 2015 sehari pasca kejadian, kelompok radikal ISIS mengklaim atas aksi teror tersebut atas motif balas dendam keterlibatan Prancis dalam perang saudara di Suriah dan Irak.
Editor : Eben E. Siadari
Unhas Minta Sekolah Tidak Manipulasi Nilai Siswa
MAKASSAR, SATUHARAPAN.COM - Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar Prof Dr Jamaluddin Jompa ...