Aktivis Sosial Stephanus Jordan Jans Kembali Bangkit Berkat Ini
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Tertarik dengan beragam aktivitas luar sekolah, Stephanus Jordan Jans, alumni SMAK PENABUR Gading Serpong satu ini sudah memiliki segudang aktivitas di luar kegiatan belajar di kelas. Mulai dari mengikuti lomba teater sampai berpartisipasi aktif di The Duke Of Edinburgh International Award (DofE).
“Sejak SMP sebenarnya aku banyak mengikuti kegiatan non akademik, kesibukan ini membuat nilai pelajaran jadi menurun. Namun, pada saat masuk SMA guru-guru banyak memberikan dukungan atas kegiatan ku tersebut. Hal ini membuatku lebih semangat mengikuti pelajaran di kelas dan nilai-nilai ku pun menjadi bagus." ujar Stephanus.
Stephanus berterima kasih kepada Thomas Kristo yang akrab dipanggil Sir T, Kepala SMAK PENABUR Gading Serpong yang selalu mendukung dalam setiap aktivitas yang dilakukan beserta guru-guru.
“Aku banyak ditolong oleh Sir T ketika mengikuti kegiatan di luar sekolah. Terima kasih kepada Sir T dan guru-guru yang sudah membantu, minta maaf kalau sudah merepotkan. Aku sangat bersyukur memiliki guru-guru yang benar-benar mendukungku bahkan sampai kini sudah lulus.” ucap Stephanus.
Saat ini, Stephanus baru memulai perkuliahan di Universitas Parahyangan, Bandung mengambil jurusan Hubungan Internasional. Di tengah kesibukan sebagai mahasiswa, Ia juga aktif menjalankan "Karsa4youth and Tumpu", yayasan sosial yang didirikan bergerak di bidang sosial dan kesehatan.
“Yayasan yang aku inisiasi ini mendapatkan dana hibah dari Global Youth Mobilization, sebuah aliansi 6 organisasi pemuda terbesar di dunia, seperti pramuka dan palang merah dunia. Lalu, mendapatkan dana juga dari WHO dan UN Foundation rekomendasi dari DofE. Dana tersebut aku dan tim pakai untuk menjalankan proyek sosial.” tutur Stephanus.
Di bidang kesehatan, Stephanus dan tim membuat klinik kesehatan gratis di Sewan dan Mauk, Tangerang. Ia bekerja sama dengan dokter dari Siloam Hospitals untuk membantu masyarakat disana, yang tidak terdaftar dalam Dukcapil sehingga kesulitan mendapatkan akses kesehatan.
Lalu, Stephanus memberikan fasilitas belajar berupa laptop dan proyektor kepada anak-anak yang kesulitan mendapatkan akses pendidikan akibat pandemi. Ia bersama dengan teman-teman turut mengajar anak-anak secara online, seperti belajar menghitung misalnya.
“Kami juga bekerja sama dengan tenaga profesional untuk memastikan program yang sudah dilakukan tetap berjalan. Dukungan dari mereka tetap dibutuhkan karena aku dan teman-teman yang menjalankan ini masih anak muda semua.” ungkap Stephanus.
Meraih Tri-Award Holder The Duke of Edinburgh International Award
Saat di SMA Stephanus aktif mengikut DofE, hingga meraih tiga penghargaan emas, perak, dan perunggu. Ketika di level emas, Ia harus menjalankan residential project selama kurang lebih lima hari menginap di rumah warga.
Stephanus memilih untuk pergi ke Ende, Flores, NTT dan menginap bersama warga disana selama kurang lebih 5 hari 4 malam.
“Jadi, untuk residential project harus ada yang kita dapat dan berikan kepada masyarakat. Kalau yang saya dapat tentunya belajar mengenai kebudayaannya, kemudian yang saya berikan yaitu mengajar anak-anak muda disana. Mereka masih menganggap kalau beasiswa masuk kuliah itu hanya untuk orang-orang tertentu saja dan tidak tahu cara apply nya. Jadi, saya juga membantu mereka apply beasiswa dan Puji Tuhan dua diantara mereka berhasil mendapatkan beasiswa.” cerita Stephanus.
Setelah menjalankan misi tersebut tahun lalu dan meraih Tri-Award Holder The Duke of Edinburgh International Award, Stephanus mendapatkan kesempatan diberikan sertifikat langsung oleh Prince Edward, Duke of Edinburgh, Inggris dalam kunjungannya ke Indonesia pada November lalu. Ia merasa senang bisa berada di momen tersebut, apalagi setelah itu Stephanus diberikan kesempatan menyampaikan aspirasinya lewat speech di momen charity dinner kepada Prince Edward dan tamu undangan yang hadir.
"Aku menyampaikan tentang bagaimana anak muda mencari purpose, passion, place, and unlock their unlimited potential melalui award ini. Pada dasarnya anak muda itu memiliki begitu banyak potensi dalam dirinya, hanya saja bisa tak berguna apabila tidak difasilitasi dengan baik. Hal tersebut membuat potensi menjadi terbatas. Oleh karena itu, perlu peran orang dewasa dalam mendukung potensi anak muda.” tutur Stephanus singkat mengenai isi speech nya.
Editor : Eti Artayatini
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...