Akulah yang Paling Berdosa
Allah adalah pribadi yang mencari!
SATUHARAPAN.COM – ”Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa” (1 Tim. 1:15). Demikianlah pengakuan Paulus kepada murid yang dikasihinya—Timotius.
Pengakuan Paulus
Pengakuan itu sungguh beralasan. Paulus sendiri menyatakan bahwa ia tadinya seorang penghujat, penganiaya, dan ganas. Lukas pertama kali memperkenalkan Paulus dalam buku keduanya Kisah Para Rasul dalam kisah kematian Stefanus. Lukas mencatat: ”Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia [Stefanus]. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus ... . Saulus juga setuju bahwa Stefanus mati dibunuh. (Kis. 7:57-58; 8:1a).
Dari kisah tadi jelas. Saulus setuju Stefanus mati dirajam. Saulus memang tidak melempar batu karena dia bukan saksi. Hanya saksilah yang boleh melempar batu kepada terhukum. Namun, keberadaan Paulus di sana bukanlah untuk piknik atau sambil lalu. Dia sungguh-sungguh menyetujui aksi perajaman tersebut. Bahkan, dia bersedia menjaga jubah-jubah algojo-algojo saat mereka melaksanakan tugas mereka.
Tak hanya itu, Saulus yang kemudian berganti nama menjadi Paulus, meminta wewenang kepada imam besar untuk menangkap semua pengikut Kristus. Bayangkan: Dia meminta surat kuasa untuk diperbolehkan membunuh para pengkhianat agama! Dan hebatnya lagi, imam besar memberikan kuasa untuk menangkap para pengikut Kristus dan membawanya ke Yerusalem.
Tetapi, Paulus jugalah yang pada akhirnya berkata dengan lantang: ”’Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.”
Allah yang Mencari
Inilah pengakuan Paulus: akulah yang paling berdosa. Paulus menjadi bukti nyata dari ”Perumpamaan tentang domba yang hilang” (Luk. 15:12-14.
Dalam perumpamaan-Nya, Yesus hendak menegaskan bahwa Allah adalah Pribadi yang mencari. Sebagai Gembala, Allah bukan pribadi yang cuek. Dia sungguh-sungguh peduli. Dia tahu tabiat domba yang lebih suka mencari jalannya sendiri. Dia tahu tabiat domba yang tidak mau diatur dan menganggap dirinya selalu benar. Tetapi, Dia juga tahu bahwa domba merupakan hewan ringkih, yang akan mati kelaparan atau diterkam serigala jika tidak segera ditemukan.
Sebagaimana gembala, Allah peduli terhadap domba-domba yang sengaja meninggalkan kawanan domba tersebut. Allah sengaja mencari domba-domba itu hingga dapat. Dia ingin kawanan domba itu kembali utuh. Dia hanya ingin keutuhan kawanan domba itu. Dia ingin yang terbaik bagi domba-domba tersebut.
Mungkin kita perlu bertanya juga sekarang: Mengapa Allah mencari domba yang hilang? Bukankah Dia, Yang Maha Kuasa, tidak akan kekurangan apa pun, seandainya satu orang binasa? Apa bedanya satu orang dibanding dengan 99 orang? Bukankah Dia dapat mengabaikannya?
Tetapi, baiklah kita lanjutkan serangkaian pertanyaan tadi dengan pertanyaan: ”Jika memang itu jalan yang diambil Allah, bagaimana nasib kita, Anda dan saya, selanjutnya?”
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Polusi Udara Parah, Pengadilan India Minta Pembatasan Kendar...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan tinggi India pada hari Jumat (22/11) memerintahkan pihak berwe...