Pasrah: harus! Menyerah: Jangan!
Tuhan tahu seberapa kuat kita!
SATUHARAPAN.COM –Merry lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan. Apa pun yang dia inginkan, pasti terpenuhi. Nasib Djemi sangat berbeda. Sejak kecil dia harus menjadi penjaja kue keliling untuk membantu ekonomi dapur keluarganya, juga mempertahankan sekolahnya. Jika Merry selalu bertanya, ”Makan apa hari ini?”; maka Djemi dan keluarganya selalu bertanya dalam diri, ”Makankah hari ini?”
Namun, siapa yang bisa menyangka, Djemi yang dahulunya penjaja kue keliling, sekarang sudah membuka usaha sendiri berkat ketekunan dan kerja kerasnya. Hidup kadang memang berputar seperti roda.
Masa lalu yang kelam merupakan hal wajar. Sering kali juga bukan pilihan. Karena itu, yang penting adalah bagaimana kita mengelola masa lalu yang kelam itu. Masa lalu yang kelam itu bak kartu yang dibagikan kepada kita. Persoalannya adalah apakah kita mampu mengelola kartu-kartu tersebut dengan baik. Sekali lagi, persoalannya acap kali bukan pada kartunya, tetapi pada pemainnya. Kartu sebagus apa pun, jika tak serius memainkan kartu tersebut, Sang Pemain bisa kalah.
Yang juga perlu diingat, masa kelam itu sendiri merupakan pemberian Tuhan; setidaknya Dia mengizinkan kita mengalaminya. Dan semuanya itu tidak pernah melebihi kemampuan kita dalam menanggungnya. Tuhan sungguh tahu seberapa kuatnya manusia. Karena itu, jalan terlogis adalah pasrah kepada-Nya.
Pasrah tidak berarti diam berpangku tangan. Pasrah berarti berbagi tugas antara Tuhan dan manusia. Manusia harus tetap mengerjakan bagiannya, dan memohon Tuhan mengerjakan bagian-Nya.
Sehingga, pasrah itu harus! Menyerah, jangan!
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Polusi Udara Parah, Pengadilan India Minta Pembatasan Kendar...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan tinggi India pada hari Jumat (22/11) memerintahkan pihak berwe...