Al Azhar Mesir Minta Iran Larang Pembuatan Film ''Muhammad''
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM – Pusat agama Islam Mesir, Al-Azhar, mengeluarkan pernyataan yang menyerukan pejabat Iran untuk melarang pembuatan film "Muhammad (SAW), Utusan Allah" yang tengah dibuat oleh sutradara Iran yang pernah menjadi nominator Oscar, Majid Majidi.
Sementara itu, film yang dalam bahasa Inggris diberi judul “Mohammad (PBUH), Messenger of God” rencananya akan diputar perdana tahun ini pada Festival Film Iran di Teheran, menurut laporan kantor berita resmi Iran, IRNA.
Namun Al-Azhar dan beberapa tokoh agama di Mesir telah menyerukan larangan pembuatan film, karena dinilai akan merusak kesucian dan status luhur para utusan Allah.
Al-Azhar dan ulama Mesir menyebutkan bahwa film itu menampilkan Nabi (Muhammad SAW) dalam gambar dan suara.
Namun Majidi telah membantah hal itu. "Karena keyakinan saya sendiri, saya tidak dan tidak pernah, berencana untuk menggambarkan citranya yang kudus dalam film saya. Rumor ini benar-benar tidak berdasar," kata dia dalam sebuah wawancara sebelumnya.
Film tersebut diproduksi oleh Mohammad Mehdi Heidarian, dan direncanakan akan dirilis dalam bahasa Persia, Arab dan Inggris.
Sejumlah profesional yang diakui dunia bergabung dengan projek film tersebut. Di antara mereka adalah pemenang Academy Award bidang efek visual dan pembuat film, Scott E. Anderson, sutradara dan fotografi asal Italia yang tiga kali memenangi Oscar, Vittorio Storaro, dan desainer produksi terkenal asal Kroasia, Milijen Kreka Kljakovic.
Prasangka Ekstremis
Majidi mengatakan bahwa motif utama di balik projek besar sinematik itu adalah untuk menghilangkan prasangka ekstremis yang muncul akibat mereka yang melakukan kekerasan atas nama Islam.
Dia mengatakan bahwa para penggemar bioskop memiliki harapan yang tinggi pada projek barunya itu, dan bahwa Muslim Iran telah meminta dia untuk berperang melawan gelombang kekerasan dan ekstremisme dengan seni ini.
Umat Muslim menunggu pesan cinta dan rahmat kebaikan melalui Nabi Muhammad (SAW), kata Majidi. Film barunya itu bisa menjadi manifestasi dari perlawanan terhadap ekstremis yang menimbulkan kekerasan di Irak, Suriah, Lebanon, Pakistan dan tempat lain.
Menurut hollywoodreporter.com, film ini telah sampai tahap post production. Disebutkan bahwa film ini terutama akan menampilkan situasi pada tahun-tahun setelah Nabi Muhammad wafat, dan terjadi bentrokan dalam khalifah, dan dengan klimaks pada adegan kematian cucu nabi, Imam Hussein, pada pertempuran di Karbala pada tahun 680.
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...