Al Shabab Serang Diplomat UEA, 6 Meninggal
MOGADISHU, SATUHARAPAN.COM - Pemberontak Somalia, Al Shabab, membunuh sedikitnya enam orang, hari Rabu (24/6), dalam serangan bunuh diri terhadap sebuah konvoi diplomatik dari Uni Emirat Arab di ibu kota Somalia Mogadishu, seperti polisi dan milisi Islam itu.
"Kami telah mengkonfirmasi kematian enam orang, empat dari mereka warga sipil, sementara enam orang lainnya terluka, beberapa kondisisnya serius," kata perwira polisi, Abdukadir Hassan, kepada kantor berita AFP.
Dia mengatakan bahwa tidak ada diplomat UEA terluka dalam serangan itu, ketika staf keamanan Somalia yang mengawal mereka menghentikan pembom dengan truk mereka dan terjadi ledakan.
Al Shabab, kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda, mengatakan mereka melakukan serangan, yang diyakini menjadi yang pertama kalinya dengan menargetkan diplomat UEA di Somalia. UEA terlibat dalam sejumlah pembangunan keamanan, infrastruktur, dan projek-projek kemanusiaan di Somalia.
"Para pejuang mujahidin ... melakukan serangan yang sukses pada delegasi dari pemerintah murtad dari Uni Emirat Arab," kata pernyataan Al Shabab yang diposting di sebuah situs kelompok ekstrimis itu.
"Seorang pembom bunuh diri menabrakkan mobilnya ke truk pick-up dan ada korban," kata pejabat keamanan Somalia, Abdi Dahir. "Ada ledakan berat."
Sebuah konvoi militer dari pasukan Uni Afrika di Somalia (AMISOM) juga lewat di dekatnya pada saat serangan terjadi di dekat kedutaan besar UAE, kata saksi. "Saya melihat mayat dua orang, dan ada beberapa tentara yang terluka," kata Abdulahi Yasin, yang melihat akibat serangan. "Ledakan itu sangat besar dan menghancurkan truk pick-up," kata Hassan Empedu, saksi lain.
Utusan PBB untuk Somalia, Nick Kay, mengecam "serangan teror yang benar-benar kejam terhadap UEA di Somalia". Kay mengatakan bahwa dia telah berbicara dengan duta besar UEA, Mohamed Al Osmani, yang tidak terluka dalam serangan itu.
Serangan Al Shabab itu untuk menunjukkan mereka telah dekat militer Somalia yang menyerang mereka dan bisa berasama Amerika Serikat menyerang dengan pesawat tak berawak (drone) terhadap para pemimpin mereka.
Para militan juga telah melakukan serangkaian serangan balasan di negara-negara tetangga, termasuk pada September 2013 terhadap pusat perbelanjaan Westgate di ibu kota Kenya, Nairobi, yang menewaskan sedikitnya 67 orang, dan pembantaian pada bulan April terhadap 150 siswa di Universitas di Garissa, di Kenya Timur Laut.
Somalia dilanda ketidakstabilan sejak runtuhnya rezim garis keras, Siad Barre, pada 1991. Pemerintah sekarang didukung kekuatan Uni Afrika dengan 22.000 pasukan dari Burundi, Djibouti, Ethiopia, Kenya dan Uganda.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...