Albertus Patty: Hati-hati Menyikapi Kejadian Aceh Singkil
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ketua Persekutan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Albertus Patty meminta masyarakat berhati-hati dengan apa yang terjadi di Kabupaten Aceh Singkil beberapa waktu lalu, dan masyarakat jangan menyimpulkan peristiwa tersebut karena agama, tetapi adanya unsur politik yang lebih mengemuka. Dia menyayangkan kejadian Aceh Singkil, bahwa hal tersebut mengacu kembali kepada kejadian di Papua,Tolikara.
“Di Tolikara itu ada yang bilang karena agama, seperti yang terjadi di Suriah yang katanya agama, tetapi jika Anda membaca tentang buku ISIS, sebetulnya akarnya adalah politik dan korupsi yang berlebihan lalu adanya ketidakadilan ditengah masyarakat, yang kemudian mereka memberontak lalu menggunakan jubah agama,” Kata Albertus pada hari Kamis (22/10) di gedung Yayasan Komunikasi Indonesia, Jl. Matraman Raya, Jakarta.
“Belum tentu kejadian di Tolikara dan di Singkil itu berdasarkan agama, oleh karena itu meskipun kami menyesalkan hal itu terjadi, tetapi agama memiliki potensi untuk di manipulasi, menjastifikasi tentang semua persoalan yang ada, baik yang di manipulasi oleh para politisi demi kepentingan meraih kekuasaan, dimanipulasi oleh para pimpinan lokal, dan dalam konteks tahun ini," kata dia.
Albertus mengatakan saat kerusuhan di Aceh Singkil lebih kepada kepentingan politik mengingat bulan Desember adalah momen Pemilihan Langsung Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak.
“Maka di dalam konteks Singkil, kita harus waspada jangan mengambil keputusan bahwa ini persoalan agama, ini mesti diteliti, Indonesia di pecah melalui persoalan agama, tetapi malah kepentingan politik," kata Albertus.
Albertus memberi saran agar masyarakat bersikap kritis, sebelum peristiwa singkil terjadi, ada surat edaran dari yang diterima oleh masyarakat setempat seolah-olah surat itu diterima oleh gereja kristen protestan pakpak dairi yang mengatakan bahwa, “Tidak apa nanti diserbu, kita akan melakukan Kristenisasi dengan segala macam, yang ditanda tangani oleh ketua sinode yang sayangnya tidak tau bahwa ketua telah diganti, ini adalah surat edaran yang palsu, yang ingin memprovokator masyarakat islam disana untuk mengadu domba dengan kaum kristen yang membuat kemarahan bagi masyarakat islam setempat," kata dia.
“Pertanyaannya adalah siapa yang membuat surat itu dan apa tujuannya, tujuannya ada dua, yang pertama ingin mengadu domba masyarakat supaya masyarakat singkil itu lemah, ga akan punya energi untuk bersikap kritis kepada elit politik, mau elit politiknya korupsi melakukan ketidakadilan, kekuasaan untuk bisnis, maka mereka akan sibuk bahwa mereka akan fokus kepada agama,” kata dia.
Mensos Tegaskan Tak Ada Bansos untuk Judi Online
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menegaskan tak ada ...