Alexis, Penembak Brutal di Markas Angkatan Laut AS Beli Senjata Dekat Markas AL
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Michael Slocum, jaksa wilayah Virginia mengatakan bahwa Aaron Alexis, pelaku penembakan brutal di Markas Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat, membeli senjata dan amunisi dua hari sebelum penembakan. Michael Slocum mengatakan bahwa Aaron Alexis pergi ke toko senjata Sharpshooter Small Arms Range pada Sabtu (14/9) Alexis membeli sebuah senjata api, selongsong peluru.
Slocum mengatakan bahwa petugas toko yang terletak 2 kilometer dari Markas Angkatan Laut tersebut sempat menanyakan latar belakang pendidikan Alexis, sebelum Alexis membeli senjata. Pejabat berwenang penegak hukum Amerika Serikat menyatakan bahwa pelaku penembak brutal di Markas Angkatan Laut, Aaron Alexis, dinyatakan penyakit mental serius. Fakta tersebut diungkapkan pada Rabu (18/9) dini hari WIB. Gangguan mental tersebut termasuk paranoia dan masalah mental yang serius, termasuk gangguan tidur. Alexis diduga kuat telah mendengar suara-suara yang hanya dapat dia dengar sendiri.
Pejabat hukum yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa satu bulan sebelumnya, Alexis menelepon kepolisian Newport, Rhode Island. Alexis beralih hotel sebanyak tiga kali karena Alexis tidak tahan dengan suara-suara yang hanya mampu Alexis dengar.
Saat ini Alexis telah dirawat sejak Agustus oleh Administrasi Veteran untuk masalah mentalnya. Seorang sumber yang tidak ingin disebut namanya dari Veteran Angkatan Laut AS mengatakan bahwa Alexis tidak layak untuk masuk Angkatan Laut AS.
Ayah Alexis, Anthony mengatakan putranya menderita gangguan stres setelah membantu pemulihan secara psikologis korban serangan 11 September. Alexis juga sering menunjukkan temperamen yang meledak-ledak. Alexis merupakan karyawan kontrak bagian teknologi informasi di Angkatan Laut dan baru saja mulai bekerja di Markas Angkatan Laut AS pada pekan ini. Pihak berwenang mengatakan Alexis memiliki izin keamanan untuk memasuki fasilitas.
Karena alasan yang tidak diketahui, dia mengamuk menembak pada hari Senin, menembaki karyawan mereka sedang makan sarapan dan datang ke kantor. Total 13 orang tewas termasuk Alexis, yang ditembak mati oleh polisi. Para pejabat mengatakan Alexis memiliki serangkaian masalah pelanggaran selamanya hampir tiga tahun di militer, tetapi ia menerima pemberhentian dengan hormat. Pihak berwenang mengatakan Alexis sering membangkang selaku pegawai, dan berperilaku tidak tertib hingga kadang-kadang tidak masuk kerja tanpa izin.
Para pejabat mengatakan perilaku buruk sudah cukup untuk membuat Alexis tidak akan menjadi pelaut yang baik, karena akan membuat posisi Angkatan Laut kurang terhormat. Alexis yang terakhir ditempatkan di Naval Air Station Fort Worth di mana dia bekerja untuk armada logistik dukungan skuadron Nomor 46, menurut Letnan Sarah Blansett, juru bicara Angkatan Laut.
Pada pemberitaan sebelumnya disebutkan bahwa sedikitnya 13 orang tewas dan beberapa lainnya terluka setelah seorang laki-laki bersenjata melepaskan tembakan di Washington Navy Yard, Markas Operasi Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS) Senin (16/9) pagi waktu setempat, kata polisi. Akibatnya, tersebar ketakutan dan kekacauan di seluruh wilayah saat pihak berwenang berusaha mengatasi masalah. Beberapa saat kemudian Aaron Alexis ditetapkan sebagai tersangka. Nama-nama korban antara lain: Michael Arnold, Sylvia Frasier, Kathy Gaarde, John Roger Johnson, Frank Kohler, Kenneth Bernard Proctor, Vishnu Pandit.
Teman satu kantor Alexis, Kristi Suthamtewakul mengatakan bahwa Alexis telah bekerja untuk kantor Angkatan Laut selama musim panas dan mungkin frustrasi tentang gajinya.
“Aku tahu dia mengungkapkan banyak frustrasi. Saat itulah saya pertama kali mulai mendengar pernyataan tentang bagaimana dia ingin pindah dari Amerika. Dia sangat frustasi dengan pemerintah dan bagaimana sebagai seorang veteran ia tidak merasa diperlakukan benar atau adil,” kata Kristi.
Sementara itu, bendera-bendera dikibarkan setengah tiang di beberapa tempat di Washington D.C. untuk menghormati para korban tewas dalam penembakan massal Senin (16/9) yang lalu.
Pejabat Senior Kementerian Pertahanan, Chuck Hagel pada Selasa Pagi (17/9) menempatkan karangan bunga di atas Pertahanan ditempatkan karangan bunga di sekitar tempat kejadian penembakan. (nbcwashington.com/cnn.com/abcnews.go.com/nbcnews.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...