Ali Khamenei Menolak Komentar Protes Jilbab Yang Meluas di Iran
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, pada hari Rabu (21/9) menahan diri untuk tidak mengomentari protes yang sedang berlangsung dalam penampilan publik pertamanya sejak demonstrasi anti rezim yang dipicu oleh kematian seorang perempuan muda dalam tahanan polisi meluas.
Khamenei berpidato di sebuah pertemuan di Teheran yang melibatkan para komandan militer senior menjelang peringatan dimulainya perang Iran-Irak selama delapan tahun pada 1980. Pidato itu disiarkan di TV pemerintah.
Pidato Khamenei tidak mencakup komentar apa pun tentang protes di Iran dan sebaliknya berfokus pada perang dengan Irak pada 1980-an.
Beberapa pengamat mengharapkan Khamenei untuk mengomentari protes yang sedang berlangsung di negara itu. Pemimpin tertinggi di masa lalu menyalahkan demonstrasi anti rezim pada "musuh" asing Republik Islam.
“Ketidakpedulian” Khamenei terhadap protes yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa “dia belum bangun,” tulis jurnalis Iran, Reza Haghighatnejad di Twitter. "Tidur, pak tua, orang-orang sudah bangun."
Wartawan Iran, Behnam Gholipour, mengatakan Khamenei tidak membahas kerusuhan yang sedang berlangsung untuk melindungi Presiden Ebrahim Raisi, yang saat ini berada di New York dan akan berpidato di Majelis Umum PBB pada hari Rabu (21/9).
"(Khamenei) tidak berbicara (tentang protes) agar Raisi tidak mendapat tekanan dari media, dan pidatonya di PBB tidak akan dikesampingkan," tulis Gholipour di Twitter.
"Setelah Raisi kembali dan jika protes berlanjut, (Khamenei) pasti akan mengambil sikap," tambahnya.
Protes meletus di seluruh Iran setelah Mahsa Amini, seorang perempuanh Kurdi Iran berusia 22 tahun, dinyatakan meninggal pada hari Jumat. Amini mengalami koma tak lama setelah dia ditahan oleh polisi moral karena diduga tidak mematuhi aturan ketat rezim dalam mengenakan jilbab di Teheran pada 13 September.
Aktivis dan pengunjuk rasa mengatakan Amini dipukuli oleh petugas polisi saat ditahan, menyebabkan luka serius yang menyebabkan kematiannya. Polisi membantah tuduhan tersebut.
Protes berlanjut untuk hari kelima berturut-turut di puluhan kota pada hari Selasa, dengan demonstran meneriakkan Khamenei dan menyerukan kejatuhan rezim, rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan.
Beberapa video menunjukkan perempuan melepas jilbab mereka dan, dalam beberapa kasus, membakarnya di beberapa kota dalam adegan yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara di mana jilbab telah diwajibkan bagi wanita sejak tak lama setelah revolusi 1979 di negara itu. (dengan AP/Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...