Para imigran membawa barang-barang mereka melewati zona transit saat mereka mencoba mencari bus umum menuju desa perbatasan Hongaria Hegyeshalom pada 5 September 2015 pagi di Budapest. Beberapa bus pertama yang membawa imigran dan terhadang di ibu kota Hongaria akhirnya pergi ke Austria dan Jerman setelah mereka setuju untuk menerima ribuan pengungsi yang ingin memulai lembaran baru hidup mereka di Eropa Barat. (Foto: AFP)
BERLIN, SATUHARAPAN.COM - Beban biaya yang ditanggung Jerman untuk menangani pencari suaka dapat mencapai 10 miliar euro (sekitar Rp 157,7 triliun), empat kali lebih besar dari dana yang dikeluarkan Berlin dalam penanganan pengungsi tahun lalu, ungkap sebuah surat kabar Jerman, hari Sabtu (5/9).
Namun demikian, meski 800.000 pengungsi diperkirakan akan membanjiri Jerman tahun ini, Kanselir Angela Merkel pada Sabtu mengatakan dirinya masih ingin menyeimbangkan anggaran negara.
Harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung menghitung biaya yang direvisi tersebut sesuai dengan apa yang dikeluarkan dalam menangani 203.000 pencari suaka pada 2014.
Sebelum Berlin menaikkan estimasinya tentang jumlah keseluruhan orang yang diperkirakan akan mengajukan klaim suaka, mereka telah menyisihkan anggaran sebesar 5,6 miliar euro (sekitar Rp 88,3 triliun) untuk mengakomodasi sekitar 450.000 orang, ungkap surat kabar itu.
Dengan meningkatnya kedatangan di Jerman, angka 10 miliar euro (sekitar Rp 157,7 triliun) akan “konsisten” dengan perkiraan biaya di semua tingkat pemerintahan - federal, regional dan lokal - ungkap surat kabar itu.
Berlin telah memperkirakan masalah imigran akan membebani pemerintahan lokal antara 12.000 hingga 13.000 euro (sekitar Rp 189,3 juta hingga Rp 205 juta) untuk setiap pengungsi, yang akan mencakup akomodasi saat klaim suaka sedang diproses, makanan, perawatan medis dan uang belanja 143 euro per bulan (sekitar Rp 2,25 juta).
Jerman Austria Buka Perbatasan
Austria dan Jerman hari Sabtu (5/9) membuka perbatasannya untuk ribuan migran lelah dari timur.
Dibiarkan menapaki jengkal demi jengkal terakhir menuju Austria, migran yang basah kuyup oleh hujan, banyak di antaranya pengungsi dari perang saudara Suriah, pertama-tama diangkut menggunakan kereta dan bus menuju Wina dan kemudian menggunakan kereta menuju Munich dan kota-kota lain di Jerman.
Pada awal petang sekitar 6.000 orang telah tiba di Munich dan hampir 2.000 lebih diharapkan bisa menumpang dua kereta setelah tengah malam, kata Christoph Hillenbrand, kepala pemerintahan regional Upper Bavaria.
Tepukan dan suka cita mengiringi keberangkatan mereka, sementara para pendatang baru mengantre di tenda-tenda registrasi untuk diperiksa serta diberi makanan dan pakaian.
Kebanyakan akan ditempatkan di Munich, dan akan ada lebih banyak kereta yang membawa 800 orang ke Dortmund dan 460 orang ke Frankfurt pada Sabtu petang.
Polisi Munich mengatakan penerjemah Bahasa Arab membantu para pengungsi mengikuti prosedur pendaftaran di pusat-pusat layanan darurat.
Efisiensi para petugas di Austria dan Jerman kontras dengan ketidakteraturan di Hongaria menurut pengungsi.
"Situasinya mengerikan di Hongaria," kata Omar, yang tiba di Wina bersama keluarganya.
Juru Bicara Menteri Dalam Negeri Jerman Harald Neymanns mengatakan keputusan Berlin membuka perbatasan untuk pengungsi dari Suriah merupakan kasus istimewa dengan alasan kemanusiaan.
Dia mengatakan kebijakan Eropa yang disebut aturan Dublin, yang meminta orang mengajukan permohonan untuk mendapat suaka di negara Uni Eropa pertama yang mereka masuki, tidak ditangguhkan.
"Aturan Dublin masih valid dan kami harap anggota Uni Eropa lainnya tetap menjalankannya," kata dia.
Beberapa hari setelah konfrontasi dan kekacauan, Hongaria mengerahkan lebih dari 100 bus dalam semalam untuk membawa ribuan migran yang mengalir dari bagian tenggara Eropa menuju perbatasan Austria.
Austria menyatakan telah sepakat dengan Jerman untuk mengizinkan migran masuk, terlepas dari aturan suaka.
Kedatangan Pengungsi
Rentetan panjang orang-orang berselubung selimut dan kantung tidur yang lelah, banyak di antaranya membawa anak-anak kecil yang sedang tidur, turun dari bus-bus di bagian perbatasan Hongaria dan berjalan menembus hujan menuju Austria, lantas mendapat buah dan air dari para petugas kemanusiaan.
Orang-orang Austria menunggu sambil membawa tanda bertulisan "Refugees welcome" (Para pengungsi disambut).
"Kami bahagia. Kami akan pergi ke Jerman," kata seorang warga Suriah yang mengaku bernama Mohammed; yang menyebut Jerman sebagai negara Eropa dengan ekonomi terbesar yang menjadi tujuan favorit kebanyakan pengungsi.
Austria menyatakan 9.000 orang sudah menyeberang dari Hongaria pada Sabtu. Jawatan kereta milik pemerintah Austria OeBB memperkirakan akan mengangkut 7.500 migran sebelum menghentikan layanan malam, dengan kereta terakhir dari perbatasan tiba di Wina pukul 21.00 GMT.
Hongaria merupakan pintu masuk utama ke zona Schengen Eropa yang tak berbatas bagi migran. Negara itu bertekad menutup perbatasan bagian selatan dengan pagar tinggi baru pada 15 September.
Perdana Menteri Viktor Orban mengatakan Hongaria akan mengerahkan polisi dan tentada di sepanjang perbatasan dengan Suriah setelah parlemen menyetujui usul pemerintah pada 15 September.
"Bukan 150.000 (migran), yang diinginkan oleh beberapa (di Uni Eropa) untuk dibagi sesuai kuota, juga bukan 500.000, angka yang saya dengar di Brussels; jutaan, puluhan juta, karena suplai imigran tidak berujung," katanya.
Juru bicara pemerintah Jerman mengatakan Kanselir Angela Merkel dan Orban sudah berbicara lewat telepon dan sepakat memutuskan untuk membuka perbatasan sementara waktu dengan alasan kemanusiaan. (AFP/Reuters)