Alpokat, si Buah Super
SATUHARAPAN.COM – Alpokat, yang memiliki nama ilmiah (nama Latin) Persea americana, dianggap sebagai "super food" dan memiliki posisi khusus dalam piramida makanan berkalori. Kandungan nutrisi yang melimpah, membuat alpokat digemari banyak orang melalui berbagai varian olahannya.
Alpokat dapat disantap mentah, diolah menjadi sari buah, bisa juga sebagai makanan penutup, atau dalam bentuk salad dengan sedikit merica dan garam. Alpokat dapat digunakan sebagai pengganti kadar lemak (mentega atau minyak) saat memanggang, atau sebagai pengganti mayones di sandwich.
Nama alpokat atau avokad (dari bahasa Inggris avocado) menurut wikipedia.org, berasal dari bahasa Aztek, bahasa bangsa Amerika Tengah, ahuacatl (dibaca "awakatl"). Buah ini berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah.
Alpokat diperkenalkan ke Indonesia oleh Belanda pada abad ke-19. Di Indonesia, menurut catatan Indriani dan Suminarsih (1997), alpokat dikenal dengan berbagai nama, di antaranya alpuket atau alpukat (Jawa Barat), atau apuket, jambu wolanda secara khusus di Sunda, alpokat (Jawa Timur, Jawa Tengah), buah pokat, jamboo pokat (Batak), dan advokat, pookat (Lampung).
Alpokat tumbuh liar di hutan-hutan, banyak juga ditanam di kebun dan di pekarangan yang lapisan tanahnya gembur dan subur serta tidak tergenang air. Kini alpokat banyak dibudidayakan di Amerika Selatan dan Amerika Tengah, sebagai tanaman perkebunan monokultur dan sebagai tanaman pekarangan di daerah-daerah tropika lainnya di dunia.
Alpokat tumbuh di daerah tropik dan subtropik dengan curah hujan antara 1.800 mm sampai 4.500 mm tiap tahun. Pada umumnya tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk dan basah. Tumbuhan ini tidak tahan terhadap suhu rendah maupun tinggi. Di Indonesia, tumbuh pada ketinggian tempat antara 1 m sampai 1000 m di atas permukaan laut.
Pohon alpokat, seperti dikutip dari tulisan Yuniarti (2008) yang dimuat di usu.ac.id, dapat mencapai tinggi sampai 10 m, berakar tunggang, dengan batang berkayu, bulat, berwarna cokelat, dan banyak bercabang. Daun tunggal letaknya berdesakan di ujung ranting, bentuknya memanjang, ujung dan pangkal runcing. Tepi daunnya rata, kadang-kadang agak menggulung ke atas. Bunganya majemuk. Buahnya buah buni, bentuk bola atau bulat telur, warnanya hijau atau hijau kekuningan. Daging buah jika sudah masak lunak, warnanya hijau dan kekuningan.
Balai Penelitian Buah Tropika Balitbang Pertanian, seperti dikutip dari situs balitbu.litbang.pertanian.go.id telah menyebar berbagai tipe alpokat varietas unggulan yang pada umumnya memiliki produktivitas tinggi ke berbagai wilayah di Indonesia. Penyebaran itu termasuk keturunannya, baik keturunan dari hasil persarian sendiri maupun persarian silang alamiah antartiga kelompok. Sampai tahun 2003 telah dilepas tujuh varietas alpokat, yakni Alpokat Ijo Bundar, Alpokat Ijo Panjang, Alpokat Merah Panjang, Alpokat Mega Gagauan, Alpokat Mega Murapi, Alpokat Mega Paninggahan.
Manfaat Alpokat bagi Kesehatan
Alpokat adalah sumber energi yang baik, dan mengandung sejumlah vitamin dan mineral. Alpukat mengandung kalsium, zat besi, magnesium, kalium, tembaga, mangan, fosfor, dan seng. Alpokat juga mengandung mineral seperti vitamin C, B6, B-12, A, D, K, E, thiamin, riboflavin, dan niasin.
Sebagai sumber serat makanan, satu buah dapat menyediakan lebih dari 40 persen dari kebutuhan harian. Buah alpokat dapat dimanfaatkan sebagai berbagai minuman dan tepung, selain itu manfaat lain daging buahnya adalah untuk bahan dasar kosmetik.
Referensi yang ditulis Maryani (2003), dan dikutip Yuniarti, menyebutkan daun alpokat berguna untuk obat sakit pinggang, batu ginjal, dan rematik. Kulit buah alpokat rasanya kelat dan tidak beracun, disebutkan bermanfaat untuk pengeluaran air seni, dan obat sariawan. Hasil farmakologis menunjukkan kulit alpokat mempunyai daya melarutkan saluran kemih.
Penelitian yang dilakukan Yunita Ebrilianti Oktaria, EM Sutrisna, Tanti Azizah (Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta) yang dikutip dari ums.ac.id, menyebutkan biji alpokat mengandung flavonoid yang diduga memiliki potensi sebagai antidiabetes. Beberapa mekanisme flavonoid dalam menurunkan kadar glukosa darah, adalah mengurangi penyerapan glukosa dan meningkatkan sekresi insulin.
Demikian juga penelitian yang dilakukan Annisa Yuniarti Utami, dari Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyah Yogyakarta, yang dikutip dari opac.say.ac.id, yang menyebutkan pemberian jus alpokat, dapat menurunkan kadar gula darah penderita diabetes mellitus.
Selain itu, menurut Dr Matthew Brennecke, naturopati pada klinik Rocky Mountain Wellness di Fort Collins, Colorado, buah alpokat, juga meringankan gejala arthritis, karena mengandung pitosterol, antioksidan karotenoid, asam lemak omega 3, dan alkohol lemak polyhydroxolated, yang membuat buah agen antiinflamasi. Alpokat, juga dapat membantu nyeri arthritis yang berhubungan dengan osteoarthritis, ekstraknya dapat meningkatkan sintesis kolagen yang merupakan agen antiinflamasi.
Penelitian dari Ana Mardiyaningsih dan Nur Ismayati, Jurusan Farmasi Politeknik Bhakti Setya Indonesia, yang dikutip dari ugm.ac.id menyebutkan daun alpokat mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid, dan saponin. Ekstrak etanol daun alpokat menghambat pertumbuhan sel kanker rahim HeLa dengan nilai IC50 sebesar 360 µg/ml.
Demikian pula studi yang dilakukan pada tahun 2007, yang diterbitkan dalam jurnal Biologi Kanker yang dikutip dari medicaldaily.com,menemukan fitokimia dalam buah alpokat mendorong sel-sel kanker berhenti tumbuh dan mati. Konsumsi alpokat, juga dapat bermanfaat selama kemoterapi, membantu untuk mendapatkan antioksidan kembali.
Franci Cohen, ahli gizi dari New York mengatakan, bila mengkonsumsi alpokat dengan rutin akan dapat meningkatkan kesehatan mata, karena satu ons alpokat mengandung 81 mikrogram lutein, yang bersama zeaxanthin, dua fitonutrien penting untuk kesehatan mata, menangkal dari kerusakan akibat sinar matahari, pembentukan katarak, dan degenerasi makula.
Mengkonsumsi alpokat dapat meningkatkan kualitas diet, asupan nutrisi, dan kesehatan jantung yang baik, karena lemak mono dan polyunsaturated dalamnya tidak hanya membantu mengurangi kadar kolesterol darah, tetapi membantu menurunkan risiko keseluruhan untuk penyakit jantung.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...