Melati, Puspa Bangsa Berkhasiat Obat
SATUHARAPAN.COM – Tidak banyak bunga yang seterkenal melati. Bukan hanya Pemerintah Indonesia yang menetapkannya sebagai puspa bangsa, Pakistan dan Filipina juga memilih melati sebagai bunga nasional. Melati juga sangat populer di Hawaii, Cile, Brasil, dan Selandia Baru. Damaskus, ibu kota Suriah, dikutip dari Wikipedia, dikenal dengan julukannya, The City of Jasmine.
Begitu populernya melati, hingga pergantian presiden di Tunisia pada 1987 dan Revolusi Tunisia pada 2011, disebut "Jasmine Revolution". Bunga melati juga dipakai sebagai simbol unjuk rasa prodemokrasi di Tiongkok pada 2011.
Pemerintah Indonesia, melalui Keputusan Presiden Nomer 4/1993, menetapkan bunga melati putih (Jasminum sambac) sebagai puspa bangsa, bersama bunga anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) sebagai puspa pesona, dan bunga padma raksasa (Rafflesia arnoldii) sebagai puspa langka. Ketiga bunga itu adalah bunga nasional yang dapat mewakili karakteristik sebuah bangsa dan negara. Pemilihan melati putih juga didasarkan pada bunga ini melambangkan kesucian dan kemurnian, serta dikaitkan dengan berbagai tradisi dari banyak suku di negeri ini yang memanfaatkannya.
Hasil penelitian Suyanti, Sulusi Prabawati, dan Sjaifullah, “Sifat Fisik dan Komponen Kimia Bunga Melati Jasminum officinale” (Balai Penelitian Pascapanen Pertanian, Jakarta, 2003), yang dimuat dalam Buletin Plasma Nutfah Vol 9 No 2 Tahun 2003, menyebutkan kegunaannya tidak hanya sebagai tanaman hias pot dan taman, tetapi juga sebagai pengharum teh, bahan baku industri parfum, kosmetik, obat tradisional, bunga tabur pusara, penghias ruangan, dekorasi pelaminan, dan pelengkap upacara adat.
Melati, genus baik dari tanaman semak maupun tanaman merambat yang masuk dalam keluarga zaitun (Oleaceae), terdiri atas sekitar 200 spesies tumbuhan asli daerah beriklim tropis dan hangat dari Eurasia, Australasia, dan Oseania. Paling dikenal, selain jenis Jasminum sambac yang dibudidayakan sejak tahun 1665 di Inggris, juga Jasminum officinale, yang dibudidayakan sejak tahun 1692 untuk dijadikan parfum. Jenis yang terakhir ini juga dikenal dengan nama melati casablanca, spanish jasmine, summer jasmine, atau jessamine.
Di Indonesia, walaupun nama melati dikenal masyarakat di seluruh negeri, seperti dikutip dari wikipedia.org, memiliki aneka nama daerah, yakni menuh (Bali), meulu atau riwat (Aceh), menyuru (Banda), melur (Gayo dan Batak Karo), manduru (Menado), mundu (Bima dan Sumbawa), manyora (Timor), malete (Madura), beruq-beruq (Mandar).
Melati adalah tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup menahun.
Melati merupakan salah satu komoditas bernilai ekonomi tinggi. Melati secara luas dibudidayakan untuk aroma khas bunganya. Di antara 200 jenis melati yang telah diidentifikasi oleh para ahli botani, baru sekitar sembilan jenis melati yang umum dibudidayakan dan terdapat delapan jenis melati yang potensial untuk dijadikan tanaman hias. Sebagian besar jenis melati tumbuh liar di hutan-hutan karena belum terungkap potensi ekonomi dan sosialnya.
Manfaat dan Khasiat
Melati menjadi bagian dari upacara adat. Melati dimanfaatkan sebagai hiasan rambut pengantin dalam upacara perkawinan berbagai suku di Indonesia, terutama suku Jawa dan Sunda.
Melati juga dimanfaatkan dalam industri minyak wangi, kosmetika, parfum, farmasi, dan bahan campuran atau pengharum teh, seperti teh melati yang populer di Indonesia. Teh melati juga menjadi minuman populer di Tiongkok dan jepang.
Melati sejak lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Tapal daun-daun dari beberapa jenis melati dipakai untuk mengobati bisul dan sakit kulit. Daun-daun itu juga digunakan sebagai obat kumur untuk mengobati sariawan dan pembengkakan gusi. Air rendaman bunga yang telah bermalam digunakan sebagai penyegar untuk mencuci muka.
Selain bunga dan daunnya, akar melati juga memiliki khasiat obat. Ekstrak akar beberapa jenis melati secara tradisional dimanfaatkan sebagai penurun demam. Rebusan akar melati atau rendaman bunganya dipakai untuk mengatasi radang peparu, bronkitis, dan juga asma. Akar yang ditumbuk dijadikan tapal untuk menyembuhkan keseleo atau patah tulang.
Penelitian P Shrivastav P, K George, N Balasubramaniam, MP Jasper, M Thomas, dan AS Kanagasabhapathy pada 1988, "Suppression of Puerperal Lactation Using Jasmine Flowers (Jasminum sambac)", yang dimuat di suatu jurnal obstetri ginekologi, juga penelitian V Amuthavalluvan dan J Devarapalli pada 2011, seperti dikutip dari wikipedia.org, menyebutkan bunga dan daun-daun dari beberapa spesies melati digunakan untuk mengurangi atau menghentikan keluarnya susu ibu.
Data Balai Penelitian Pascapanen Pertanian menyebutkan tanaman melati banyak dibudidayakan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Jenis yang banyak ditanam di Jawa Tengah adalah Jasminum sambac dan Jasminum officinale. Tiga spesies yang paling berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia, menurut Wuryaningsih (1994), adalah Jasminum sambac Maid of Orleans (J sambac Aid), Jasminum sambac Grand Duke of Tuscany, dan Jasminum officinale.
India, termasuk pusat budidaya melati untuk industri parfum, membudidayakan Jasminum auriculatum, Jasminum grandiflorum, dan Jasminum sambac untuk produksi parfum, sedangkan spesies yang dibudidayakan di Prancis, Italia, Mesir, dan Maroko adalah Jasminum grandiflorum.
Minyak melati merupakan bahan baku parfum kualitas tinggi. Harga minyak melati di pasar internasional menurut data tahun 2003 sekitar 6.000 dolar Amerika Serikat per liter.
Editor : Sotyati
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...