Amerika Latin Buka Pintu bagi Pengungsi Suriah
BRASILIA, SATUHARAPAN.COM - Brasil akan menerima pengungsi Suriah dengan tangan terbuka, kata Presiden Dilma Rousseff, Senin, saat negara Amerika Latin menawarkan bantuan kemanusiaan bagi pengungsi, yang melarikan diri dari negara terkoyak perang.
Dalam rekaman pesan, yang ditayangkan pada peringatan hari kemerdekaan Brasil, Presiden Rousseff mengatakan akan menegaskan niat pemerintah menyambut orang, yang terpaksa meninggalkan negerinya untuk hidup dengan selamat, bekerja dan menyumbangkan kemakmuran serta perdamaian di Brasil.
"Khususnya pada saat sulit ini, masa krisis, kita harus menerima pengungsi dengan tangan terbuka," tambahnya.
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro memerintahkan Kementerian Luar Negerinya mengambil langkah menerima 20.000 pengungsi Suriah di negaranya.
Presiden Chile, Michelle Bachelet juga mengatakan bahwa negaranya akan menerima pengungsi tanpa menyebut jumlah dan kewarganegaraan mereka.
"Sepanjang sejarah kami, kami selalu membuka pintu rumah bagi mereka yang kadang-kadang datang dari jauh, membawa sejarah dan kebudayaan sendiri untuk membangun negara kami," kata Bachelet.
Pemuka masyarakat Arab di Chile yang memiliki anggota 300.000 orang mengusulkan kepada pemerintah baru-baru ini untuk memberi tempat tinggal bagi sekitar 100 orang keluarga pengungsi dari Suriah.
Brasil menerima lebih dari 2.000 pengungsi Suriah sejak konflik pecah di negara itu pada 2011, jumlah terbesar dibanding negara Amerika Latin yang lain.
Pada saat ini, warga Suriah menjadi kelompok terbesar pengungsi di Brasil. Pada 2014, 1.405 orang Suriah mendapat suaka.
Dua tahun lalu Brasil menyederhanakan proses penerimaan pengungsi dalam program khusus yang sedianya akan berakhir pada bulan ini.
Jaksa Agung Beto Vasconcelos seperti dikutip media setempat mengatakan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan untuk memperluas langkah pemberian suaka.
Rousseff juga menyitir foto balita Suriah yang kehilangan nyawa dan terdampar di pantai Turki pada pekan lalu yang beredar luas menjadi lambang krisis migran.
"Foto bayi itu, Aylan Kurdi yang baru berumur tiga tahun, menyentuh kita semua dan membberi dunia tantangan yang amat besar," katanya.
Para pemimpin Eropa berjuang menghadapi konflik berdarah bukan hanya di Suriah tetapi juga di Irak yang menyebabkan pelarian ratusan ribu orang melewati jalur berbahaya dari Balkan menyeberangi Laut Tengah menuju 28 negara Uni Eropa.
Pada Senin, Inggris, Prancis dan Jerman berjanji untuk menampung puluhan ribu pengungsi.(AFP/Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...