Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 10:51 WIB | Jumat, 27 Desember 2013

Anak-anak Afrika Tengah dalam Ancaman Gizi Buruk Akibat Konflik

Ana-anak Republik Akrika Tengah menunggu mendapatkan air di pengungsian. Mereka dalam ancaman gizi buruk akibat konflik sektarian di negeri itu. (Foto: un.org)

AFRIKA TENGAH, SATUHARAPAN.COM – Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengingatkan bahwa konflik kekerasan sektarian di Republik Afrika Tengah (CAR) baru-baru ini akan meningkatan secara tajam jumlah anak-anak yang menderita gizi buruk, dan menempatkan penduduk sudah rentan pada risiko yang lebih parah.

Sebelum kerusuhan meletus awal bulan ini di ibu kota negara itu, Bangui, terdapat hampir 1.000 anak-anak yang dirawat karena kekurangan gizi akut. Sekarang, hanya delapan dari 15 pusat gizi di kota itu beroperasi. Demikian menurut Dana Anak-anak PBB (UNICEF).

"Sekitar setengah dari anak-anak Afrika Tengah telah kembali dari pengobatan. Hal ini adalah hal luar biasa, mengingat situasi saat ini. Anak-anak dan keluarga itu tersebar di lebih dari 40 lokasi pengungsian," kata spesialis gizi  UNICEF, Bonaventure Muhimfura.

"Namun, kita harus berbuat lebih banyak untuk membuka kembali pusat nutrisi yang tersisa sesegera mungkin untuk menyelamatkan nyawa anak-anak," kata dia.

Republik Afrika Tengah adalah negara miskin, dan telah terjerumus ke dalam kekacauan sejak pemberontak Séléka yang didominasi kelompok Muslim melancarkan serangan tahun lalu dan memaksa Presiden François Bozize melarikan diri pada bulan Maret.

Sebuah pemerintahan transisi dibentuk dan diharapkan memulihkan perdamaian dan membuka jalan bagi pemilihan umum  yang demokratis. Namun Gerakan anti-Balaka, yang didominasi kelompok Kristen, mengangkat senjata, mengakibatkan bentrokan antarkomunitas di Bangui awal bulan ini.

Natal yang Dramatis

Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB  dan Kepala Kantor Peacebuilding di CAR (BINUCA), Babacar Gaye, mengatakan kepada Radio PBB hari Kamis (26/12) bahwa kekerasan masih terus terjadi, "Kami melewatkan apa yang kami sebut sebagai Natal dramatis dengan banyak kekerasan di kota. Kekerasan pasukan PBB, kekerasan antara masyarakat, dan kekerasan antara unsur-unsur bersenjata dari dua faksi. Dan ini  telah menyebabkan penderitaan, dan kerugian besar bagi kehidupan."

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mengatakan bahwa sekitar 1,3 juta orang (lebih dari 40 persen penduduk pedesaan di negara itu) kini membutuhkan bantuan mendesak. Produksi tanaman menurun tajam akibat konflik, dan kerawanan pangan akan berdampak serius pada status gizi anak-anak dan perempuan.

Pada Desember, World Food Programme (WFP) dan mitra-mitranya mendistribusikan hampir 500 ton makanan untuk lebih dari 118.000 orang di Bangui. Badan itu meningkatkan tanggap darurat untuk memberikan lebih dari 1 juta orang dengan dukungan makanan yang menyelamatkan jiwa selama enam bulan ke depan. (un.org)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home