Anak-Anak Pengungsi Suriah di Libanon Butuhkan Bantuan Segera
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM – Lebih dari 400.000 anak-anak pengungsi Suriah di Libanon membutuhkan bantuan segera dari komunitas internasional untuk meningkatkan bantuan, khususnya menjelang beberapa bulan musim dingin, kata UN Children’s Fund (Dana Anak-Anak PBB/UNICEF) pada Jumat (1/11).
Bantuan mendesak juga diharapkan oleh anak-anak Libanon dan Palestina yang hidup dalam kemiskinan, di beberapa area terpinggirkan di Libanon, tempat layanan kesehatan publik dan pendidikan menjadi terbengkalai akibat krisis pengungsi.
Penyataan UNICEF itu muncul setelah sebuah kunjungan ke negara Mediterania yang kecil itu oleh direktur Anthony Lake, yang bertemu dengan Presiden Michel Sleiman dan pengurus Perdana Menteri Najib Mikati.
“Kekhawatiran utama adalah tentang dampak beberapa bulan musim dingin yang akan datang segera, dan perlunya tindakan mendesak guna mempersiapkan periode khusus yang menantang ini,” kata UNICEF.
Sejak pecahnya perang di Suriah pada 2011, yang menewaskan lebih dari 120.000 orang dan memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka, Libanon menjadi tuan rumah untuk jumlah pengungsi yang demikian tinggi.
Laporan: Dua Warga Jerman Diculik di Libanon
Kelompok bersenjata menculik dua warga Jerman di lembah Bekaa di Libanon timur pada Jumat (1/11), dan meminta uang tebusan untuk pembebasan mereka, menurut National News Agency resmi.
Kedua korban “dibawa ke sebuah lokasi yang tidak diketahui” setelah penculiknya dengan sia-sia mencoba memaksa sebuah biro transfer tunai agar menyerahkan uangnya atas nama salah satu korban penculikan, kata NNA.
“Para penculik itu kemudian menghubungi salah satu teman mereka, meminta uang tebusan,” tambah kantor berita itu.
Seorang petugas keamanan yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan kepada AFP bahwa polisi menerima informasi mengenai penculikan tersebut pada Jumat malam.
“Kami mengikuti kasus itu. Tampaknya itu adalah penculikan non-politik karena alasan keuangan,” ujarnya.
“Operator darurat menerima sebuah panggilan dari orang-orang yang mengatakan mereka adalah warga Jerman yang diculik.”
“Kemudian, seorang laki-laki Libanon menelepon untuk meminta uang tebusan sebesar 6.000 euro (sekitar Rp 91 juta),” tambahnya.
Seorang narasumber kepolisian mengatakan kepada AFP bahwa kedua korban penculikan itu memiliki dua kebangsaan, Jerman dan Libanon. (Antara)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...