Anak-anak TK Pawai Sambut Hari Kartini

Seorang ibu saat merias anaknya dengan kostum adat dalam rangka peringatan Hari Kartini yang diselenggarakan oleh Sekolah Alternatif untuk Anak Jalanan (SAAJA) di Jalan Nyai Ageng Serang, Jakarta Selatan, Selasa (21/4). Puluhan anak-anak dari pendidikan usia dini (PAUD) dan juga taman kanak-kanak (TK) yang ikut peringatan Hari Kartini pawai berkeliling di sekitar areal sekolah. (Foto-foto: Dedy Istanto).

Salah satu siswi saat diriasi oleh ibunya dengan kostum adat nusantara dalam rangka memperingati Hari Kartini yang diselenggarakan oleh SAAJA sebelum persiapan pawai.

Para siswa dan siswi SAAJA saat pawai bersama berkeliling di sekitar sekolah dalam rangka memperingati Hari Kartini yang jatuh pada hari ini.

Anak-anak SAAJA saat mengenakan kostum adat nusantara dalam rangka memperingati Hari Kartini yang dilanjutkan dengan pawai bersama di sekitar areal sekolah.

Anak-anak SAAJA saat mengenakan kostum adat nusantara dalam rangka memperingati Hari Kartini yang jatuh pada hari ini.

Para siswa dan siswi SAAJA saat gelar pawai bersama lengkap dengan kostum adat nusantara dalam rangka memperingati Hari Kartini di sekitar areal sekolah.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Anak-anak murid Sekolah Alternatif untuk Anak Jalanan (SAAJA) Jakarta Selatan hari ini Selasa (21/4) menyambut Hari Kartini dengan pawai mengelilingi sekolahnya dengan mengenakan pakaian adat.

Anak-anak pendidikan anak usia dini (Paud) dan juga taman dari kanak-kanak (TK) SAAJA beriringaan berbaris mengelilingi sekolah yang berlokasi di Jalan Nyai Ageng Serang Jakarta Selatan, didampingi oleh guru dan orangtuanya.

Sekitar 70 anak mengikuti pawai Hari Kartini dengan berbagai jenis busana dari adat Nusantara dan juga ala militer.

Agus, koordinator SAAJA mengatakan peringatan Hari Kartini ini merupakan bagian dari bentuk sosialisasi untuk masyarakat di sekitar dan mengingatkan bahwa Indonesia memiliki sosok pahlawan perempuan yang telah memperjuangkan hak perempuan.

SAAJA adalah wadah belajar bagi anak-anak kurang beruntung yang tinggal di wilayah sekitar. Guru yang mengajar ada yang masih mahasiswa.

Bangunan sekolah sederhana berdiri di sekitar kawasan perkantoran tersebut menjadi salah satu ruang belajar yang dibangun dalam rasa kegotongroyongan.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja