Anak Diabetes Perlu Rutin Kontrol Metabolik
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis endokrinologi anak dr. Dana Nur Prihadi Sp.A(K) mengatakan anak yang menderita diabetes melitus dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik asalkan menjalankan kontrol metabolik secara rutin sesuai anjuran.
"Kalau kontrol metaboliknya bagus, anak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana anak yang tidak diabetes melitus. kontrol metabolik ini penting," kata dokter yang tergabung dalam UKK Endrokinologi Anak dan Remaja IDAI saat diskusi media di Jakarta, Rabu (8/3).
Dana mengatakan diabetes yang diderita anak memang tidak bisa disembuhkan. Seumur hidupnya, anak akan bergulat dengan kondisi tersebut. Meski demikian, hal itu bukan berarti penghalang anak untuk bertumbuh.
Apabila sudah terdiagnosis diabetes, maka banyak "pekerjaan rumah" yang harus dilakukan tidak saja pada anak melainkan juga orang tua dan keluarga secara keseluruhan. Mulai dari cek darah, cek urine, pemantauan terhadap pertumbuhan termasuk berat dan tinggi badan, hingga pemantauan pubertas.
"Pada anak-anak yang baru terdiagnosis diabetes, pemeriksaan gula darahnya itu lebih rutin, sebelum makan, dua jam sebelum makan, (bahkan) di tengah malam pun diperiksa," kata Dana.
Salah satu parameter terbaik untuk monitoring metabolik yaitu cek gula darah HbA1c setidaknya setiap tiga bulan sekali dengan target di bawah 7,5 persen.
"Kontrol metabolik itu artinya kalau di pasien diabetes melitus, HbA1c, ya. Dicek sebagai marker rapotnya dalam 3 bulan terakhir itu reratanya bagus atau tidak," ujar Dana.
Tantangan yang terkadang dihadapi, anak harus dibujuk untuk mau melakukan cek darah rutin termasuk cek darah tiga bulan sekali. Kabar baiknya, kata Dana, cek gula darah HbA1c sudah bisa di-cover BPJS di rumah sakit tipe C.
"Beberapa pasien saya, kalau gulanya stabil, bagus, dia bisa jadi atlet juga. Ada yang jadi bintang iklan juga. Jadi tetap bisa melanjutkan pendidikannya, aktivitasnya," kata Dana.
"Jadi (kondisi diabetes) tidak menghambat. Kalau bisa, ya, sehat. Tapi kalau sudah terkena, ini harus dikawal dan diawasi supaya bisa mandiri, mengerti dirinya dengan baik, apa yang boleh apa yang tidak," imbuh dia.
Dana juga mengingatkan keluarga penderita juga harus kompak dan sepakat untuk sama-sama menjaga pola makan seimbang yang dianjurkan, termasuk juga aktivitas yang dianjurkan. Selain itu, pengobatan juga tidak boleh putus.
Menurut Dana, kebanyakan kasus diabetes yang terjadi pada anak adalah diabetes tipe 1. Diabetes ini disebabkan oleh pankreas yang tidak memproduksi cukup insulin. Anak yang diabetes juga cenderung berbadan kurus.
"Kalau di anak-anak cenderung malah anaknya kurus karena gulanya nggak bisa dipakai. Makan banyak, tapi dia hanya beredar di dalam pembuluh darah, nggak bisa diambil. Akhirnya, lemak di hati, lemak di otot itu diambil, jadi anaknya kurus," kata Dana.
Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan bahwa kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat per Januari 2023 dibandingkan tahun 2010. Prevalensi diabetes pada anak hanya 0,028 per 100 ribu jiwa pada 2010, namun meningkat menjadi 2 per 100 ribu jiwa pada 2023.
Apabila ditotal, kata Dana, IDAI memperkirakan jumlah anak yang menderita diabetes melitus sekitar 1.645 anak. Sekitar lebih dari 90 persen di antaranya merupakan pasien diabetes tipe 1 yang harus mendapat suntikan insulin.
"Ini (peningkatan kasus) bisa kita rasakan kunjungan pasien baru dengan diabetes melitus di klinik-klinik endokrin anak semakin banyak sehingga tergerak coba kita kumpulkan (data). Ternyata kenaikannya dari 13 kota, naik sekitar 70 kali lipat," kata Dana.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...