Puskesmas dapat Deteksi Dini Ginjal Kronik
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sedang menggalakkan deteksi dini di puskesmas, guna mencegah kasus penyakit ginjal kronik lebih meningkat di dalam masyarakat.
“Kita juga melakukan skrining dan deteksi dini di puskesmas terdekat. Kita mengimbau masyarakat untuk mengecek kesehatan secara rutin,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Eva Susanti dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta, Rabu (8/3).
Eva menuturkan bahwa penyakit ginjal kronik saat ini menjadi penyakit yang menyebabkan kematian terbanyak nomor 10 di Indonesia. Angka prevalensinya berdasarkan pantauan Kemenkes pun naik dari dua persen di tahun 2013, menjadi 3,8 di tahun 2018.
Guna mencegah kasus semakin meningkat, Kemenkes kemudian menggalakkan deteksi dini di puskesmas. Dimana semua pengadaan fasilitas alat maupun tenaga kesehatannya terus ditingkatkan.
Menurutnya, peningkatan mutu layanan kesehatan tersebut selaras dengan enam pilar transformasi sistem kesehatan yang sedang dijalankan pihaknya. Terkait dengan deteksi dini di puskesmas, Eva mengatakan upaya itu merupakan implementasi dari pilar pertama yakni melakukan transformasi dalam layanan primer.
“Terkait layanan deteksi dini, kita melakukan 14 penyakit utama di layanan primer. Ini akan dilengkapi dengan fasilitas, kemudian tenaga kesehatan dengan sistem yang lebih baik sesuai dengan tingkat rumah sakitnya yakni dasar, madya dan terakhir paripurna ya dan ini akan ditanggung oleh BPJS pada pasien yang memerlukan,” ujarnya.
Selain memenuhi kerja nyata dalam transformasi kesehatan, Eva mengatakan deteksi dini juga digencarkan karena seiring waktu banyak kasus ditemukan akibat diabetes maupun hipertensi. Dari deteksi dini dan skrining itu, diharapkan penanganan pada pasien bisa disesuaikan dengan kondisi riil.
Pengadaan deteksi dini di puskesmas, juga bertujuan agar masyarakat tidak perlu menempuh jarak yang jauh dari tempat tinggal atau harus ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisinya.
“Sesuai dengan SPM (Bidang Kesehatan) yang ada di kabupaten/kota, kita berharap bahwa diabetes dan hipertensi ini bisa terkontrol. Jadi tiga kali berturut turut pasien ini harus terkontrol dalam upaya kita mencegah jangan sampai terjadi permasalahan yang lebih berat kedepannya,” ujarnya.
Setelah sesi deteksi dini selesai, pasien diberikan peningkatan mutu edukasi berupa saran untuk mengubah pola hidup lebih sehat. Misalnya, pasien disarankan untuk rajin beraktivitas fisik 30 menit setiap hari, diet seimbang, mengatur pola tidur yang cukup dan mengelola stres.
“Sementara itu untuk penyandang hipertensi dan diabetes, kita berharap bahwa masyarakat itu harus mencegah gagal ginjal kronik ini dengan melakukan satu pemeriksaan kesehatan secara rutin, ikuti anjuran dokter untuk mengikuti pengobatan yang tepat dan teratur, serta dengan diet seimbang upayakan aktivitas fisik dengan aman juga menghindari asap rokok dan alkohol,” katanya.
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...