Anak Kandung atau Anak Angkat?

SATUHARAPAN.COM – Keluarga kami mempunyai garis keluarga dengan tradisi budaya Cina yang cukup unik berkait dengan anak kandung dan anak angkat. Menurut kata orang, Ibu saya adalah ”anak kandung sekaligus anak angkat”.  Keingintahuan saya tentang silsilah ibu saya tidak terjawab dengan mudah. Tak banyak memori yang masih diingatnya. Ketika saya bertanya tentang kakek dan neneknya, ibu saya hanya mengatakan tidak tahu. Mengapa tidak tahu? Bukannya hal yang mudah bagi seorang anak untuk menceritakan mengenai ayah dan ibunya?

Saya lalu mencari tahu melalui kakak ibu saya. Menurut dia, kakek dan nenek kami mempunyai perkebunan di kota Banjarmasin. Karena peraturan pemerintah waktu itu, yang tidak mengizinkan kaum Tionghoa menetap di kota itu, maka kakek dan nenek kami pun pindah ke Pulau Jawa dengan 9 anak yang masih kecil. Kondisi perekonomian kakek yang makin menurun menyebabkan anak-anaknya berpencar tidak dalam satu kota lagi. Dari 9 bersaudara, 7 anak tinggal berbeda kota.  Yang diingat ibu saya adalah ia menjadi anak angkat dan tinggal di asrama. Ia tidak banyak dia mengenal keluarga kandungnya. Kisahnya adalah kisah kehidupan seorang anak yang dilahirkan tiada kasih sayang orang tua kandung dan tiada kedekatan antarsaudara. Siapa yang menginginkan hidup seperti ibu saya?

Bagai musafir, manusia datang dan pergi. Di tengah perjalanan mereka berjumpa sesama, tetapi masing-masing melalui jalannya sendiri.  Ikatan jasmani antara orangtua dan anak kadang terputus. Namun, tak perlulah kita ratapi amat karena sudah menjadi bagian hidup yang harus dijalani dan tentunya seizin Sang Pencipta.

Nah, yang seharusnya membuat kita sungguh berbahagia ialah adanya ikatan rohani bernilai kekal yang mengikat semua manusia sebagai anak-anak Sang Pencipta. Kita semua adalah anak-anak-Nya!

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com