Analisis: Dari Mana Sumber Dana ISIS?
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM – Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) muncul dari perang saudara di Suriah dan menjadi bagian dari kelompok yang memberontak terhadap pemerintahan Bhasar Al-Assad. Namun faksi dan kelompok pemberontak jumlahnya sangat banyak, pengamat bahkan menyebut angka sampai ribuan.
Kelompok pemberontak Suriah ini banyak disebut mendapatkan dukungan dari negara-negara Barat untuk menekan Al-Assad dan mendorong negara itu pada transisi demokratis melalui perundingan dan pemilihan umum. Namun proses ini, meskipun telah melalui dua konferensi di Jenewa, Swiss, perang saudara terus berlangsung hingga memasuki tahun keempat.
Pihak Barat banyak disebutkan menjadi pasif, setelah mengetahui bahwa di kalangan pemberontak terdapat kelompok ekstremis Islam, khususnya dari Jabath Al-Nusra dan ISIS yang juga disebut ISIL (Negara Islam Irak dan Levant). Namun kelompok pemberontak ini banyak disebut terus mendapatkan dukungan dana dari orang-orang Arab Saudi, Kuwait dan Qatar.
Pada akhir 2013, pemberontak Suriah makin intensif memerangi kelompok ISIS, dan para pemberi dana (donor) yang selama bertahun-tahun memberi dukungan keuangan kepada kelompok-kelompok anti-rezim, menjadi terkejut, karena pemberontak justru berperang melawan ISIS.
Menurut iraqinews.com, ada upaya mencoba untuk menyatukan kelompok-kelompok anti rezim Bashar Al-Assad, namun makin jelas unifikasi itu akan menjadi misi yang gagal. Maka pada awal tahun, Mohammed Haif, seorang donor Kuwait, mulai mendesak ISIL untuk menarik diri dari Suriah.
Media Irak itu menyebutkan donor telah memberikan dana ratusan juta dolar Amerika Serikat kepada kelompok pemberontak, dan hingga 2013, tidak ada hukum di tempat itu yang melarang pendanaan bagi terorisme.
Dana dari Donor di Negara Teluk?
Pada Desember 2013, sebuah kelompok pemikir di Washington, The Bookings Institution, menyebutkan bahwa Kuwait telah menyalurkan dana sampai ratusan juta dolar AS ke kelompok pemberontak Suriah. "Selama dua setengah tahun, Kuwait telah muncul membiayai organisasi untuk amal dan individu yang mendukung kelompok pemberontak Suriah,” kata laporan itu.
Laporan itu, dan juga berita di iraqinews.com menyebutkan bahwa donor Kuwait mengumpulkan dana dari donor di negara-negara Teluk Arab lainnya dan sering bepergian melalui Turki atau Yordania sebelum mencapai Suriah.
Pemerintah Kuwait, Qatar, dan Arab Saudi telah meloloskan undang-undang untuk membatasi aliran dana haram, tetapi banyak donor masih beroperasi secara terbuka, kata laporan itu.
Masalah dukungan dan pendanaan, pemerintah Irak pernah menyalahkan Arab Saudi atas dukungannya terhadap ISIS. Namun, Arab Saudi sendiri telah secara resmi menyebut ISIS sebagai organisasi teroris dan meningkatkan ancaman hukuman bagi mereka yang terlibat dengan kelompok ini.
Menurut media Irak, donor Kuwaiti lain juga telah menghabiskan beberapa tahun terakhir mengunjungi Suriah untuk melihat ke mana uangnya digunakan. Menurut Twitter-nya, ia percaya gerakan ISIL adalah revolusi yang sangat dibutuhkan untuk Irak, yang telah di bawah "penindasan dan tirani." Mereka terkait dengan Ikhwanul Muslimin yang menyatakan hal yang sama, bahwa ini hanyalah hasil dari kebijakan Irak sebelumnya dan maraknya korupsi.
Namun dari mana dana yang didapat dan digunakan ISIS, masih banyak hal yang menimbulkan pertanyaan, meskipun diyakini bahwa ISIS sebagai bagian dari kelompok pemberontak di Suriah juga mendapatkan dana dari luar yang mendukung musuh Bashar Al-Assad.
Namun dengan bergeraknya ISIS ke Irak bagian Utara, dan menjadi ancaman yang serius bagi Bagdad, masih ada pertanyaan tentang apakah dana yang mengalir ke ISIS memiliki kepentingan yang sama dengan ketika ISIS ada di Suriah?
Merampas Milik Warga
Sekarang, ISIS dengan aksi militer besar di Irak, disebutkan oleh media Irak, dan menurut iraqinews.com, menjadi lebih menarik bagi para donor dan investor yang sebelumnya skeptis. Namun tampaknya menjadi lingkaran setan, karena “sukses” aksi militer ISIS di Irak, membuat kelompok ini lebih “mandiri.”
Selain dana, ISIS meningkatkan kekuatan militer dan memiliki kendaraan lapis baja yang diproduksi Amerika Serikat dan diberikan ke Irak dan jatuh ke tangan ISIS. Kekuatan senjata ini menjadikan ISIS makin gencar melakukan aksi termasuk dalam menggalang dana.
Media di Irak menyebutkan ISIS mendapatkan dana dari penyelundupan minyak, dan perampokan bank. Selain itu, banyak berita menyebutkan bahwa milisi juga merampas uang, perhiasan, dan properti milik warga di Irak utara dan Suriah utara, khususnya dari warga Kristen dan kelompok minoritas lain.
Berbagai berita menyebutkan mereka merampas milik warga di pos pemeriksaan, mengambil gaji pegawai pemerintah yang beragama Kristen atau warga kelompok minoritas lain di wilayah Provinsi Niniwe. Dan dari berbagai pemberitaan disebutkan ISIS, dan juga ekstremis lain di Suriah, sering meminta tebusan uang untuk pembebasan orang yang mereka culik.
Merampok Bank
Namun demikian belakangan perampokan bank merupakan sumber pendanaan penting bagi ISIS, khususnya yang mereka lakukan di daerah Irak utara yang sekarang mereka kuasai. ISIS juga mengambil kekayaan di daerah yang mereka kuasai, apalagi sebagian besar penduduk di Irak utara meninggalkan rumah mereka.
Pada pertengahan Juli dana ISIS disebutkan meningkat menjadi lebih dari dua miliar dolar AS setelah merampok sebuah bank pemerintah dan mengambil dana sebesar 425 juta dolar AS.
Sebelumnya diberitakan bahwa ISIL merampok dana sebesar tujuh miliar dinar Irak (sekitar enam juta dolar AS) dari sebuah bank pemerintah di kota Tikrit, Provinsi Salah Il-Din, pada hari Selasa (24/6) seperti dikatakan sumber keamanan setempat. Bank yang dirampok itu adalah Bank Pertanian milik pemerintah yang berada di pusat kota Tikrit. Dan tidak diketahui kemana uang itu dibawa.
Sebelumnya, pada 10 Juni, ISIS juga merampok bank dan mengambil dana lebih dari 400 juta dolar AS, ketika menyerang Mosul di Provinsi Niniwe. Dan sekarang ISIS menguasai wilayah, serta kekayaan yang ada di wilayah itu, serta dana untuk melancarkan serangan yang tampaknya akan menuju Bagdad.
Bukan Sekadar Organisasi Teroris
ISIS sejauh ini disebut sebagai organisasi teroris oleh PBB dan negara-negara Barat, termasuk juga beberapa negara Timur Tengah. Namun kelompok ini tidak lagi sebagaimana dibayangkan sekarang, apalagi dikaitkan dengan organisasi teroris seperti Al-Qaeda, induknya.
ISIS bukan saja telah bertindak melawan hukum kemanusiaan, dan melakukan kejahatan kemanusiaan, khususnya di Irak utara, tetapi telah memiliki kekuatan yang melebihi kelompok teroris mana pun. Mereka menguasai wilayah, bahkan sumber-sumber ekonomi di wilayah itu, memiliki dana, dan diyakini terlibat dalam perdagangan gelap minyak, serta memungut pajak seperti sebuah negara.
Dewan Keamanan PBB hari Kamis (7/8) ini mengadakan pertemuan darurat, Amerika dan negara-negara Barat baru mulai bicara keprihatinan atas tragedi kemanusiaan di Irak utara, sebuah tindakan yang terlambat, karena ISIS telah berkembang menjadi cukup kuat dan menjadi ancaman serius bagi Timur Tengah dan juga dunia.
Amerika Serikat pada hari Jumat (8/8) memang menyatakan mempertimbangkan untuk melakukan serangan udara, dan Inggris juga mendukungnya. Namun DK PBB yang tengah bertemu kemungkinan tidak bisa mengambil keputusan yang tegas.
ISIS dengan deklarasi sebagai khalifah Islam memang sebuah ironi, karena tindakan mereka justru yang merusak nilai-nilai agama (Islam), dan hal itu yang akan menjadi dasar penolakan warga dan dunia sebagai virus yang akan mematikan dari dalam diri mereka. Namun tragedi kemanusiaan yang ditimbulkan ISIS telah menjadi ancaman yang harus disikapi dengan tegas dan segera.
Editor : Sabar Subekti
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...