Ancaman Serius: Produksi Opium Segi Tiga Emas Asia Tenggara Naik 26 Persen
NAYPYNTAW, MYANMAR, SATUHARAPAN.COM - Budi daya opium di Myanmar naik sebesar 13 persen menjadi 57.800 hektare, dari 51.000 hektare, dan produksinya meningkat 26 persen. Hal itu membuat budi daya opium di kawasan segi tiga emas Asia Tenggara (South East Golden Triangle) yang meliputi Myanmar, Laos dan Thailand naik selama tujuh tahun berturut-turut.
Hal itu dikemukakan dalam laporan terbaru Kantor PBB untuk Narkotika dan Kejahatan (United Nations Office on Drug and Crime /UNODC), yang dikeluarkan hari Rabu (18/12).
Laporan Survei Opium 2013 di Asia Tenggara - Lao PDR itu menyebutkan bahwa meskipun ada upaya pemberantasan, peningkatan budi daya membuat Myanmar peningkatan produksi opium sebesar 26 persen pada 2013 menjadi sekitar 870 ton. Ini merupakan produksi tertinggi sejak penilaian oleh UNODC dan Pemerintah Myanmar yang dimulai pada tahun 2002.
Pada 2013, Laos dan Myanmar menghasilkan 893 ton opium yang merupakan 18 persen dari produksi opium dunia. Hal ini menunjukkan tingkat kenaikan sebesar 22 persen dari tahun 2012. Angka itu juga menunjukkan peningkatan 2,7 kali lebih banyak daripada tahun 2005 ketika mereka memproduksi 326 ton.
Ancaman Serius
Peningkatan produksi dan budi daya ini merupakan ancaman bagi kejahatan dan penggunaan narkotika di dunia. "Angka-angka ini memperjelas bahwa kita perlu meningkatkan upaya untuk mengatasi akar masalah budi daya dan harusb mempromosikan alternatif di luar tanaman poppy,” kata Jeremy Douglas, Perwakilan UNODC Regional Asia Tenggara dan Pasifik.
"Kita harus bertindak cepat. Golden Triangle merupakan pusat geografis dari sub wilayah Mekong, di mana kawasan ini memperluas transportasi dan infrastruktur untuk mengatasi hambatan perdagangan dan kontrol perbatasan di seluruh wilayah. Jaringan kejahatan terorganisir akan mengambil keuntungan dari perdagangan obat terlarang di Asia Tenggara yang memiliki posisi yang baik di wilayah yang terintegrasi," kata Douglas.
Kenaikan budi daya dan produksi opium dapat memicu kenaikan permintaan opiat di pasar lokal dan regional, kata UNODC. Di Myanmar dan Laos, penggunaan heroin, opium dan obat-obatan sintetik tetap tinggi, dan jauh lebih tinggi terjadi di desa-desa di mana tanaman opium tumbuh.
Myanmar adalah tempat budi daya opium terbesar di Asia Tenggara dan di dunia, dan kedua setelah Afghanistan. Wilayah Shan tetap merupakan pusat kegiatan opium Myanmar yang memproduksi 92 persen dari seluruh budi daya opium. Sisanya dihasilkan di negara bagian Kachin. Di Laos, sesuai hasil survei UNODC, produksi opium terpusat di tiga provinsi utara, yaitu Phongsali, Xiangkhoang dan Houaphan.
Masalah Kemiskinan
UNODC mengatakan bahwa survei terhadap petani di desa-desa yang menanam opium di kawasan Golden Triangle menunjukkan bahwa uang dari budi daya opium sangat penting bagi penduduk desa yang terancam rawan pangan dan kemiskinan.
"Survei kami menunjukkan hubungan yang kuat antara kemiskinan dan budi daya opium," kata Jason Eligh, Manajer UNODC untuk wilayah Myanmar. "Petani opium bukan orang jahat. Mereka adalah orang-orang miskin. Uang yang didapat dari budi daya opium merupakan bagian penting untuk pendapatan keluarga. Di desa-desa yang menenam poppy, lebih banyak rumah tangga berada dalam jerat utang dan rawan pangan daripada di desa yang tidak menanam poppy,” kata dia.
"Penduduk desa yang terancam rawan pangan dan kemiskinan membutuhkan alternatif ekonomi yang berkelanjutan atau mereka akan terus dalam keputus-asaan menanam opium sebagai tanaman yang menghasilkan," kata Eligh.
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...