Andar Ismail: Orangtua Harus Kritis Terhadap Buku Pelajaran
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Orang tua atau wali murid yang anak-anaknya berada dalam usia sekolah harus kritis dan berani melaporkan kepada instansi yang berwenang, apabila terdapat hal-hal yang tidak pantas di buku pelajaran siswa didik. Pernyataan ini disampaikan Pdt. Dr. Andar Ismail, M.Th. saat dijumpai satuharapan.com di kantornya di Kwitang, Jakarta pada Rabu (4/9).
Andar mengatakan bahwa orang tua yang harusnya segera menyeleksi dan mengawasi buku-buku pegangan pelajaran anak-anak itu, dan mengadu ke pihak yang benar. “Mereka harus menanyakan kepada penulisnya, penerbitnya langsung, atau harusnya langsung ke kantor kementerian yang bersangkutan,” kata Andar Ismail.
“Keluhkan tentang buku ini kepada penerbitnya yang melakukan pengadaan buku ini di sekolah yang bersangkutan, dan katakan bahwa ini tidak benar,” lanjut pendeta emiritus dari GKI Samanhudi, Jakarta ini.
Beberapa waktu lalu satuharapan.com dan berbagaimedia memberitakan bahwa ada buku pelajaran siswa setingkat SD yang berisi materi yang tidak sesuai dengan umur pembaca. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan mengatakan bahwa pihaknya telah meminta buku-buku tersebut ditarik. Namun, ternyata di beberapa daerah masih ditemukan buku-buku semacam itu.
Generasi Muda Masih Sedikit yang Menghasilkan Karya Tulis
Andar tidak ketinggalan memberi saran bagi generasi muda Indonesia saat ini. Pendeta yang pernah enam tahun menimba ilmu di STT Jakarta ini menyebut akhir-akhir ini, masih terdapat banyak kekurangan bagi generasi muda, yakni sedikit sekali yang mampu menghasilkan karya produktif pada bidang tulisan.
“Karya tulis itu sebenarnya mengomunikasikan apa yang ada di benak kita, supaya ada di benak orang lain. Tulisan membuat gagasan-gagasan yang kita inginkan terwujud juga menjadi milik orang lain. Itulah komunikasi; kegiatan berbagi gagasan atau wawasan kita dengan benar supaya menjadi wawasan bersama,” kata pengarang buku Tuhan Ampunilah Kecerobohanku dan Tuhan Damaikanlah Orangtuaku ini.
Andar melanjutkan bahwa tulisan yang dijabarkan dalam paragraf-paragraf, yang berasal dari pikiran penulis, harus mampu dikomunikasikan, dan memberi makna secara menyeluruh bagi banyak orang.
“Kalau pikiran itu untuk diri sendiri, itu bukan komunikasi. Akan tetapi, alangkah lebih berguna apabila tulisan itu mengekspresikan dirinya secara lebih luas, dan kepada masyarakat,” kata penulis buku Seri Selamat terbitan BPK Gunung Mulia ini.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...