Anggaran Bantuan Pangan bagi Warga Miskin di AS Dikurangi
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Dewan Penasehat Ekonomi Gedung Putih bulan Desember ini mengeluarkan sebuah laporan, Supplemental Nutrition Assistance Program disingkat SNAP, program bantuan pangan oleh pemerintah federal, sangat efektif dalam mengurangi kekurangan pangan.
Tetapi menurut kelompok aktivis “World Hunger.Org”, lebih dari 48 juta orang di Amerika mengalami kekurangan pangan, termasuk lebih dari 15 juta anak-anak.
Satu setengah juta warga kota New York, misalnya tidak mampu menghidupi diri dan keluarganya. Setiap bulan mereka harus memilih mana yang harus didahulukan: membayar sewa rumah atau menyediakan makanan yang layak. Seperti keluarga Gutierrez ini.
Ini saat Natal di apartemen Jose dan Oleyda Gutierrez di South Bronx, New York. Mereka sangat bersemangat untuk merayakan Natal, tetapi hampir tidak punya uang untuk membeli makanan.
Jose adalah satu-satunya yang memiliki pendapatan dengan bekerja sebagai karyawan restoran bergaji rendah dan tips minim.
"Uang yang kami hasilkan tidak cukup. Kami tidak bisa membeli cukup makanan hingga akhir bulan, kadang-kadang malah hingga akhir minggu.
Pada hari Kamis atau Jum'at kulkas kami hampir kosong atau bahkan kosong sama sekali. Kami tidak mampu membeli daging atau makanan lain. Kami hanya membeli makanan pokok seperti kacang-kacangan, beras, susu, telur. Kadang-kadang kami ingin membeli sesuatu yang spesial. Tapi mustahil," katanya.
Program bantuan makanan bergizi Pemerintah Federal yang disebut ‘Food Stamp’ membantu Gutierrez dapat membeli sejumlah bahan kebutuhan pokok. Tetapi dengan kemungkinan pemangkasan anggaran federal secara signifikan, bagi keluarga miskin makanan bergizi mungkin merupakan impian masa lalu.
Philomena Acebedo, Koordinator Koalisi Pengentasan Kelaparan Kota New York mengatakan, “Meskipun mereka bekerja, mereka masih membutuhkan bantuan 'food-stamp', karena pendapatan mereka tidak mencukupi.
Berapa pun uang yang mereka hasilkan, mereka masih harus membayar sewa rumah. Berapa pun uang yang tersisa, tetap tidak cukup untuk makan.”
Di West Harlem, warga miskin dan lapar antri di luar dapur umum “Food Bank for New York."
Margarette Purvis adalah Presiden dan CEO badan itu dan ia mengatakan, “Kami melayani banyak keluarga.
Umumnya keluarga-keluarga disini memiliki pekerjaan. Mereka bekerja setiap hari. Mereka bekerja keras untuk membiayai hidup. Ironisnya penghasilan mereka tidak cukup untuk menutupi sewa rumah, makanan dan penitipan anak."
Di seluruh kota New York, “Food Bank for New York City” membagi-bagikan 120 makanan gratis setiap menit.
Pemangkasan program makanan bergizi federal dua tahun lalu, ikut memangkas anggaran “Food Bank for New York City” hingga lima point atau berarti tiga kali makan per bulan.
Pembagian makanan ini, umumnya ditujukan bagi keluarga pekerja.
Meskipun demikian Gedung Putih mengatakan, pada tahun 2014 lebih dari dua juta anak-anak memperoleh manfaat dari “food stamps”, yang membuat kehidupan mereka lebih baik dibanding masa kanak-kanak.
Laporan yang dikeluarkan Gedung Putih itu menyatakan, program itu menimbulkan dampak positif bagi kesehatan, pendidikan dan kemandirian ekonomi. Di New York, manfaat itu bisa dirasakan oleh 400 ribu siswa usia pra-sekolah.
Sementara itu, kembali ke apartemen Guiterrez, Jose dan Oleyda serta kedua anak mereka, memikirkan Natal. Sang ayah melihat-lihat daftar mainan keinginan anak-anaknya.
“Saya tidak mampu membeli sebagian besar hadiah, yang mereka inginkan. Tetapi saya akan memastikan bahwa mereka akan merayakan Natal yang meriah,” kata Jose.
Jose mengatakan ia akan membelikan hadiah bagi kedua anaknya, segera setelah menerima gaji. Tetapi ia khawatir gajinya itu tidak cukup untuk membeli banyak hadiah, atau pun untuk makanan saat Natal. (voaindonesia.com)
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...