Anggota Dinasti Ottoman Turki Kesulitan Keuangan
ANKARA, SATUHARAPAN.COM – Anggota keluarga dinasti kekaisaran Ottoman di Turki banyak yang menghadapi kesulitan keuangan, dan perlu bantuan.
Partai oposisi di Turki, Partai Gerakan Nasionalis (MHP) telah mengajukan proposal kepada lembaga legislatif untuk memberikan gaji dan manfaat keuangan lainnya kepada anggota dinasti Ottoman itu.
Alasannya, Turki banyak membantu (migran) dari Suriah, namun tidak dapat mengurus pusaka leluhurnya sendiri. ‘’Kami berharap bahwa proposal akan diterima di parlemen," kata Mustafa Kalayci anggota parlemen dari MHP, seperti dikutip harian Turki, Hurriyet.
Pangeran Ostman Bayezid Osmanoglu, anggota dinasti Ottoman paling senior yang sekarang tinggal di New York, AS. (Foto: dari Hurriyet)
Kekalifahan Utsmaniyah
Kesultanan yang dibangun oleh Osman Bey dan dikenal sebagai Kekalifahan Utsmaniyah didirikan pada 1299 di Anatolia. Wilayahnya berkembang seiring penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Mehmed II tahun 1453, dan kemudian berubah menjadi kesultanan.
Pada abad ke-16 dan ke-17, terutama di bawah Sultan Sulaiman Agung, kekuasaannya meliputi wilayah di Eropa dan Asia, Kaukasus dan Tanduk Afrika.
Dalam perang kemerdekaan Turki (1919 – 1922) yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha (dikenal juga sebagai Mustafa kemal Ataturk), kesultanan ini akhirnya dibubarkan pada 1 November 1922. Sultan terakhir adalah Mehmed VI (berkuasa pada kurun 1918 -1922.
Mehmed VI meninggalkan Turki pada 17 November tahun itu. Majelis Agung Nasional Turki kemudian mendeklarasikan Republik Turki pada 29 Oktober 1923. Dan Kekhalifahan Utsmaniyah secara resmi dibubarkan pada 3 Maret 1924.
Usulan bantuan keuangan itu diajukan oleh anggota parlemen dari MHP, Ekmeleddin Ihsanoglu dan Mustafa Kalaycı. Mereka mengatakan banyak anggota dinasti Ottoman yang diusir dari Turki dalam tahun-tahun awal republik, tetapi mereka setia pada negara. Di antara mereka ada yang menghadapi kesulitan keuangan.
BACA JUGA: |
Asrama dan Beasiswa
Menurut proposal itu, para anggota dinasti yang tidak mempunyai penghasilan dari dinasti atau yang memiliki penghasilan di bawah upah dari staf di wabah kantor Perdana Menteri harus menerima upah sekitar 10.000 Lira Turki, jika mereka mengajukan permohonan.
Kedunya menyarankan bahwa biaya kesehatan dan pemakaman mereka juga harus dibantu, dan jika anak-anak mereka belajar di Turki, mereka juga harus bisa diterima di asrama negara dan mendapatkan beasiswa.
Proposal itu menyarankan dibentuk komisi yang mengidentifikasi anggota dinasti yang tinggal di Turki atau di luar negeri mengajukan melalui "kepala dinasti" untuk melacak anggota dinasti dalam rangka untuk mencegah eksploitasi.
Mereka berharap dapat dukungan partai berkuasa Partai Kebebasan dan Keadilan (AKP) juga oposisi lain. ‘’Karena bagi kami, (mereka) ini merupakan pusaka leluhur. Mereka tidak mengatakan menentang Turki... Di antara mereka sekitar 10 orang yang tercatat berada di bawah kesulitan keuangan,’’ kata Kalayci.
Genosida Armenia
Sejauh ini diketahui ada 77 anggota dinasti yang masih hidup. Sebanyak 25 orang pangeran, dan mereka telah diidentifikasi tinggal di Turki, Mesir, Yordania, Suriah, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Swedia dan Spanyol.
Dinasti Ottoman merupakan yang tertua dan anggota paling senior adalah Pangeran Osman Bayezid Osmanoglu. Dia sekarang tinggal di New York, AS.
Namun pada masa-masa akhir kekuasaan dinasti Utsmaniyah ini, Kesultanan Ottoman mendapatkan sorotan karena terjadinya pembantai terhadap warga minoritas Armenia di tanah air historis mereka di wilayah yang sekarang masuk Turki.
Peristiwa tahun 1915 yang banyak disebut sebagai genosida Armenia oleh Ottoman ini memakan korban antara satu juta hingga 1,5 juta nyawa orang Armenia. Turki sendiri sampai sekarang terus disorot untuk mengakui dan meminta maaf atas genosida Armenia oleh Ottoman itu. Namun Turki masih menolak.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...