Anggota Kongres AS: “Jangan Abaikan Kristen di Irak”
WASHINGTON D.C, SATUHARAPAN.COM – Umat Kristiani yang selamat dari genosida yang dilakukan kelompok ekstremis teroris Islamic State Iraq and Syria (ISIS) walau memiliki kebutuhan kemanusiaan yang serius, tetapi iman mereka tetap kuat, kata salah satu anggota Kongres Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Chris Smith.
Dia mengatakan demikian setelah melakukan kunjungan ke kamp pengungsi Kristen di Irbil, wilayah Kurdistan, Irak.
Seperti diberitakan Catholic News Agency, hari Jumat (6/1), dia mengemukakan Iman Kristen setiap pemeluk Kristen di tempat itu semakin bertumbuh setelah militan ISIS memaksa mereka melarikan dari rumah mereka di Irak Utara hingga ke Irbil, sebuah tempat yang mereka huni lebih dari dua tahun.
Smith yang juga ketua “House Global Human Rights Subcommittee” mengisahkan perjalanannya ke Irbil, Irak untuk menemui korban yang selamat dari genosida ISIS, dan sebagian korban selamat adalah Kristen. Dia juga bertemu dengan para pemimpin agama dan pejabat AS dan PBB.
“Iman Kristen mereka bak mengalami ujian di atas bara api, dan mereka tidak terbakar dan hangus, justru sebaliknya. Mereka mengasihi Tuhan, dan mereka mencintai Bunda Maria,” kata dia.
Dalam catatan Catholic News Agency, pemeluk Kristen saat ini sekitar 70.000 pengungsi yang tinggal di dalam dan sekitar Irbil, beberapa dari mereka menunggu untuk kembali ke rumah mereka di Mosul atau Niniwe.
Smith mengatakan catatan terpenting dari perjalanannya ke Irak yang dia lakukan sebelum Natal tahun 2016 adalah masih banyaknya kebutuhan yang belum terpenuhi yakni bantuan kemanusiaan bagi puluhan ribu orang-orang Kristen yang mengandalkan sebagian besar pada badan amal seperti “Knights of Columbus” untuk kebutuhan mereka, yang mencakup makanan, selimut, dan perawatan medis.
Pada bulan Maret 2016, AS telah menyatakan bahwa ISIS telah melakukan genosida di Irak dan Suriah terhadap Yazidi, Kristen, dan Muslim Syiah.
Smith mengatakan bantuan kemanusiaan bagi umat Kristen yang teraniaya akibat genosida di Irak saat ini belum memadai.
Menurut direktur “International Development Program Chaldean Catholic Archdiocese of Irbil” atau direktur penempatan pembangunan Chaldean Catholic Archdiocese of Irbil”, Steve Rasche, Umat Kristen yang tercerai berai di negara tersebut belum menerima bantuan dari badan donor di Amerika Serikat (AS) maupun Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dalam dua tahun.
“Bantuan kemanusiaan belum dirasakan orang-orang ini,” kata Smith.
Smith mengatakan saat dia melakukan kunjungan Irak sedang mengalami musim dingin, dan dia mengutarakan bisa saja banyak orang yang mengungsi karena tercerai-berai mengalami sakit. “Penyakit telah menjangkiti sebagian besar orang, namun hal tersebut dapat berubah,” kata dia.
Saat melakukan kunjungan, Smith mengatakan, dia melihat kurang lebih 6.000 orang yang terpisah dan masing-masing dibantu oleh pemimpin umat saja secara independen, salah satunya adalah Uskup Bashar Wada dari Keuskupan Katolik Chaldea, Irbil.
“Para pemimpin umat melayani orang-orang yang mengungsi dari berbagai agama, termasuk Yazidi, dan Muslim, mereka hanya menginginkan kedamaian bagi para pengungsi. Ini sama halnya dengan membuka kitab Matius pasal 25,” kata Smith.
Menurut Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia dalam Matius 25:31-46 dalam perikop berjudul “Penghakiman Terakhir” terdapat sebuah kutipan ayat yang menjelaskan tentang memberi tumpangan kepada orang asing (Mat 25:38).
AS Harus Tingkatkan Bantuan Kemanusiaan
“Keuskupan tersebut melakukan pekerjaan yang sungguh luar biasa dan tanpa alat bantu,” kata dia. Smith mengatakan AS perlu meningkatkan bantuan kemanusiaannya, karena Polandia dan Hungaria telah melakukan lebih dulu dalam bentuk yang lebih konkrit, Hungaria telah menggelontorkan lebih dari tiga miliar euro (lebih kurang Rp 42,88 triliun) untuk membantu umat Kristiani teraniaya.
Smith menceritakan kisah lain saat bertemu seorang uskup dari Syriac Orthodox of Mosul, Uskup Agung Nicodemus Daoud Sharaf yang mengatakan kepada Smith bahwa AS seolah-olah meninggalkan pengungsi. “Tidak ada yang datang ke tempat-tempat ini dan saya hanya bertanya-tanya apa yang sudah dilakukan umat Kristen?' "Smith mencatat.
Selain itu, ia mengatakan “UN Office on the Prevention of Genocide” atau badan PBB yang mengurusi Pencegahan Genosida tidak memasukkan umat Kristiani di negara tersebut dalam daftar sebagai korban genosida oleh ISIS.
Smith mengemukakan para uskup di wilayah ini adalah pemimpin sejati dan pemimpin iman karena masing-masing uskup bertindak tidak hanya sebagai "pemimpin spiritual" dari orang-orang tetapi juga mendapatkan membantu materi agar orang lain dapat hidup. (catholicnewsagency.com)
Editor : Eben E. Siadari
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...