Ansambel Anak Nusantara Pentaskan Lagu-lagu Daerah
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Lima puluh anak yang tergabung dalam paduan suara dan ansambel musik Ansambel Anak Nusantara (AAN) Yogyakarta pimpinan Dewi Kurniati, Sabtu (20/5) malam tampil di Pendopo Agung yang berada di kompleks nDalem Mangkubumen, Kraton-Yogyakarta dalam rangka pentas seni budaya putra putri Yogyakarta.
Empat belas repertoar dimainkan diawali dengan permainan ansambel orkestra membawakan lagu "Bungong Jeumpa" dari Aceh serta medley lagu "Ondel-ondel" dan "Sang Kodok" dari Betawi. Dalam lagu "Ambilkan Bulan" karangan A.T. Mahmud, dimainkan Ansambel Anak Nusantara featuring permainan biola dari Nadine Nabila.
Penampilan berikutnya Ansambel Anak Nusantara mengiringi paduan suara yang menyanyikan lagu "Gundul-gundul Pacul" dan "Suwe Ora Jamu" (Jawa Tengah), dilanjutkan lagu Manuk Dadali dari Jawa Barat dan lagu daerah Papua "Yamko Rambe".
Ansambel Anak Nusantara melanjutkan repertoar orkestranya dengan aransemen lagu "Rek Ayo Rek" dari Jawa Timur dan "Jaranan" (Jawa Tengah). Pementasan sempat diselingi dengan pembacaan Pancasila bersama-sama dengan pengunjung mengawali lagu "Burung Garudaku".
Ansambel Anak Nusantara mengakhiri pementasannya dengan lagu "Rasa Sayange" dari daerah Sulawesi Utara. Keseluruhan lagu diaransemen bersama oleh Dwipa Hanggana Prabawa dibantu Luhur Satya Pambudi dengan memainkan alat musik biola, gitar akustik, dipadukan dengan alat musik modern lainnya.
"Saat anak-anak telah rutin berlatih, mereka memerlukan ruang apresiasi. Ruang-ruang seperti inilah yang diperlukan dan sangat membantu selain untuk menambah motivasi sekaligus ruang untuk menampilkan kemampuan terbaiknya," kata Dewi kepada satuharapan.com, Sabtu (20/5) malam. Lebih lanjut Dewi berharap kedepannya di Yogyakarta semakin banyak ruang apresiasi bagi anak-anak sehingga pembinaan seni bisa lebih efektif, terarah, terlebih memberikan bekal bagi anak-anak dalam membentuk karakter.
Puji Qomariah sosiolog Universitas Widya Mataram Yogyakarta yang turut menyaksikan pementasan Ansambel Anak Nusantara menjelaskan bahwa panggung sebagai salah satu ruang ekspresi diperlukan bagi anak-anak dan remaja dalam menyalurkan bakat mereka. Dalam perjalanan belajar dan mencari jatidiri, anak-anak dan remaja dalam masa tumbuh-kembang memiliki energi berlebih yang kadang diluar pikiran orang dewasa. Ini yang harus ditangkap oleh semua pihak, terlebih orang tua dan keluarga sebagai tempat pertama kali mereka belajar banyak hal dan bersosialisasi.
"Fenomena klithih yang akhir-akhir ini sempat membuat resah masyarakat Yogyakarta maupun vandalisme lainnya yang terjadi di Yogyakarta, sesungguhnya di satu sisi menjadi gambaran ketidakpedulian masyarakat kita. Peran keluarga terutama orang tua sangat penting untuk saling mengingatkan, menjaga, membekali diri dengan banyak hal, terlebih keluarga sebagai institusi tempat pertama kali anak-anak belajar mengenal banyak hal. Ini yang kadang kurang dicermati oleh masyarakat kita," kata Puji.
Puji berharap seluruh pihak untuk segera menyadari hal ini ditengah perkembangan teknologi dan arus informasi yang begitu cepat dan lebih banyak memberikan kemudahan, di sisi lain menjadikan masyarakat menjadi lebih individualis. Di sinilah peran keluarga sebagai filter diperlukan. Dan terkait ruang publik untuk berekpresi menyalurkan bakat-minat bagi anak-anak dan remaja, peran pemerintah diharapkan bisa lebih luas dalam mengakomodasi dan memfasilitasinya.
Menurutnya, seni menjadi salah satu media yang efektif dalam pendidikan dan pembentukan karakter pada anak-anak. Melalui seni, anak-anak belajar tentang rasa, mengenal lingkungan sekitarnya secara langsung, belajar berbagi, belajar bekerjasama, bersosialisasi dalam dunianya.
Bagaimanapun, dunia anak-anak adalah dunia bermain dan bergembira bersama-sama.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...