Antara Berita dan Cerita

SATUHARAPAN.COM – Anda seorang pembaca surat kabar? Mungkin itulah kebiasaan rutin sarapan kedua Anda. Bagaimana rasanya melewati pagi tanpa koran di tangan? Barangkali terasa ada yang kurang. Itu wajar karena sebuah kebiasaan kalau dilewati terasa ada yang hilang. Media bentuk apa pun—yang memuat berbagai berita dan tayangan—kini telah menjadi bagian dari konsumsi publik seperti halnya makanan.

Peristiwa biasa tiba-tiba menjadi trending topic, tempat yang tak dikenal seketika menjadi destinasi impian untuk disambangi, sosok yang sederhana bisa menjadi buah bibir dan pujaan, demikian pula kejadian di belahan dunia lain langsung bisa diketahui. Itu semua berkat peranan media.

Peristiwa yang biasanya gelap atau samar-samar kini menjadi terang benderang karena adanya pemberitaan langsung. Namun, di sisi lain media bisa juga bersikap berat sebelah. Biasanya terjadi ketika Sang Pemilik merasa perlu menjadikan media sebagai alat kepentingannya, yang berujung pada penghakiman orang atau lembaga tertentu.

Pers semestinya bersikap dan bertindak transparan, adil, dan bertanggung jawab. Tugas menjadikan pemberitaan sebagai bagian mencerdaskan masyarakat semestinya tetap dipegang sebagai komitmen dan integritas semua insan pers.

Meski tidak semua—namun sebagian masih kita dengar dan lihat—sadar atau tidak pers turut memberitakan cerita kebohongan publik yang simpang siur. Dan repotnya jika masyarakat akhirnya menganggapnya sebagai hal yang wajar. Apa jadinya kalau kita terus-menerus disuguhi cerita-cerita semacam itu? Apakah kita ingin menciptakan budaya bohong itu wajar dan baik? Tentu tidak bukan!

Sesungguhnya pers ibarat pedang memiliki dua sisi yang sama tajamnya, bisa membangun karakter budaya sekaligus dapat pula membunuhnya. Tergantung siapa yang memainkannya!

Selamat Hari Pers Nasional!

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com