Anti Doping Dunia: Satu dari Sepuluh Atlet Terindikasi Doping
MONTREAL, SATUHARAPAN.COM – Direktur Umum WADA (Organisasi Anti Doping Dunia) David Howman menyebut dengan perbandingan satu banding sepuluh maka lebih dari 10 persen atlet elit dunia terindikasi positif menggunakan doping.
“Kami memiliki beberapa perkiraan berdasarkan penelitian yang dilakukan selama bertahun-tahun terakhir,” kata Howman menyikapi jumlah atlet elite dunia yang gagal tes doping,seperti diberitakan bbc.co.uk, Kamis (23/7).
Howman mengatakan peningkatan penghasilan para olahragawan menyebabkan atlet muda menjadi lebih rentan. Howman menyebut dalam sejumlah tes doping secara mendadak, dia menyebut karena rendahnya pidana penjara juga mengakibatkan doping. Dia mengatakan doping bisa ditindak pidana kurungan tahanan dalam lima tahun penjara.
“Ini jauh lebih penting, karena saat ini kita berharap angka populasi doping tersebut menjadi perhatian karena mereka tertangkap oleh sistem ini jauh lebih rendah dibandingkan yang tidak di semua olahraga, dalam beberapa olahraga,” kata dia.
“Yang paling memprihatinkan bagi kita adalah banyaknya atlet muda yang belum menembus jajaran elit tetapi saat ini mencoba untuk hal itu, karena itulah jalan pintas,” dia menambahkakn.
Atlet angkat besi Nigeria Chika Amalaha (16) dilucuti medali emasnya setelah gagal tes obat di ajang olah raga persemakmuran Commonwealth Games.
Sementara itu mantan presiden WADA Dick Pound mengatakan bahwa dalam perbandingan setidaknya ada empat dari lima atlet yang menipu sehingga tidak tertangkap. Howman bertanya-tanya apakah masih ada pebalap sepeda Tour de France yang doping pada tahun ini setelah mantan juara Lance Armstrong dilucuti tujuh gelar juaranya.
“Atlet saat ini harus memiliki dasar yang signifikan dalam berolah raga untuk memastikan mencapai tingkat maksimal dalam bermain,” kata Howman.
Sprinter Amerika Justin Gatlin dilarang terjun dalam Kejuaraan Dunia Atletik bulan depan menyusul dua larangan doping sebelumnya.
Howman menyebut dia tidak memiliki informasi tentang jumlah atlet di seluruh dunia yang “menipu” organisasinya.
Howman mengaku organisasinya kekurangan sumber daya manusia. “Dulu, seorang Wayne Rooney dibiayai test anti doping oleh Manchester United sebesar 12 miliar rupiah, tetapi sekarang MU harus membayar beberapa kali lipat,” kata Howman. (bbc.com)
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...