Apakah Kamu Tidak Mau Pergi Juga?
Kemauanlah yang akhirnya membuat orang punya alasan intelektual untuk tetap bersama Yesus.
SATUHARAPAN.COM – Kisah lima roti dan dua ikan berakhir dengan dengan nada murung. Penulis Injil Yohanes mencatat: ”Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.” (Yoh. 6:66).
Mereka mundur dan tidak lagi mengikut Yesus. Mulanya mereka begitu bersemangat. Ke mana Yesus pergi, mereka mengikuti-Nya. Namun, agaknya sulit bagi mereka memahami kalimat-kalimat Yesus.
Atau, mungkin alasan terbesar ialah karena mereka merasa ditelanjangi kala Yesus berkata perutlah alasan mereka mencari diri-Nya. Kemungkinan besar itulah yang membuat mereka kesal. Kalau cuma nggak ngerti, mereka bisa bertanya. Tetapi, hati kesal agaknya membuat mereka enggan bertanya lagi. Dan mundur adalah jalan yang mereka ambil.
Namun, di tengah banyak murid yang mundur dan tidak mau mengikuti-Nya lagi, Yesus tidak berusaha menahan para murid yang masih setia. Dia juga tidak membujuk mereka tetap tinggal. Sebaliknya, Yesus menantang mereka. Yesus menghadapkan mereka pada pilihan: ikut Dia atau tidak.
Apakah kamu tidak mau pergi juga? Dalam kalimat tanya ini, Yesus menegaskan bahwa tak ada paksaan apa pun berkaitan dengan diri-Nya. Dalam kalimat itu juga tersirat bahwa Yesus menganggap lumrah seandainya para murid tidak lagi mengikuti-Nya. Yesus seakan memaklumi jika para murid itu pergi meninggalkan-Nya.
Apakah kamu tidak mau pergi juga? Ada kata ”mau” yang diletakkan Guru dari Nazaret dalam kalimat ini. Mengikut Yesus memang lebih berdasarkan kemauan ketimbang kemampuan intelektual seseorang. Kemauanlah yang memampukan orang menjadi setia. Kemauanlah yang akhirnya membuat orang punya alasan intelektual untuk tetap bersama Yesus.
Dan itulah yang dinyatakan Petrus selaku wakil para murid. Atas pertanyaan Yesus, Sang Batu Karang itu menjawab dengan pertanyaan pula: ”Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?” Di sini Petrus malah menantang Yesus untuk menjawab pertanyaannya: ”Siapakah yang lebih layak diikuti ketimbang Engkau, Sang Guru dari Nazaret?”
Kalimat tanya Petrus bukan tanpa alasan. Petrus menegaskan: ”Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” Dan karena itu, Petrus memilih untuk tetap menjadi murid Yesus!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...